Selasa, 19 April 2011

Kronologi Bom Bali-Eksekusi Mati Amrozi Cs (versi Detik)

Jakarta - Dua bom berkekuatan dasyat telah mengguncang Bali pada 12 Oktober 2002. Lebih dari 200 orang tewas akibat peristiwa tragis itu. Tak cuma itu, lebih dari 200 orang lainnya luka-luka baik ringan maupun parah.

Jika dihitung-hitung, bom yang meledak di dua tempat hiburan di Jalan Legian, Kuta, Bali itu tepat 1 tahun, 1 bulan dan 1 hari setelah bom yang mengguncang World Trade Center (WTC) Amerika Serikat. Tak cuma warga di Indonesia, dunia pun bergetar mendengar kabar ini.

Berikut kronologi peristiwa bom yang mengguncang dunia itu:

12 Oktober 2002

Paddy's Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, Bali diguncang bom. Dua bom meleda dalam waktu yang hampir bersamaan yaitu pukul 23.05 Wita. Lebih dari 200 orang menjadi korban tewas keganasan bom itu, sedangkan 200 lebih lainnya luka berat maupun ringan.

Kurang lebih 10 menit kemudian, ledakan kembali mengguncang Bali. Pada pukul 23.15 Wita, bom meledak di Renon, berdekatan dengan kantor Konsulat Amerika Serikat. Namun tak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.

16 Oktober 2002

Pemeriksaan saksi untuk kasus terorisme itu mulai dilakukan. Lebih dari 50 orang telah dimintai keterangan di Polda Bali. Untuk membantu Polri, Tim Forensik Australia (asal kebanyakan turis yang menjadi korban) ikut diterjunkan untuk identifikasi jenazah.

20 Oktober 2002

Tim Investigasi Gabungan Polri dan kepolisian luar negeri yang telah dibentuk untuk menangani kasus ini menyimpulkan, bom di Paddy's Pub berjenis TNT seberat 1 kg dan di depan Sari Club, merupakan bom RDX berbobot antara 50-150 kg. Sementara bom di dekat konsulat Amerika Serikat menggunakan jenis TNT berbobot kecil yakni 0,5 kg.

29 Oktober 2002

Pemerintah yang saat itu dipegang oleh Megawati Soekarnoputri terus mendesak polisi untuk menuntaskan kasus yang mencoreng nama Indonesia itu. Putri Soekarno itu memberi deadline, kasus harus tuntas pada November 2002.

30 Oktober 2002

Titik terang pelaku bom Bali I mulai muncul. Tiga sketsa wajah tersangka pengebom itu dipublikasikan.

4 November 2002

Polisi mulai menunjukkan prestasinya. Nama dan identitas tersangka telah dikantongi petugas. Tak cuma itu, polisi juga mengklaim telah mengetahui persembunyian para tersangka. Mereka tidak tinggal bersama namun masih di Indonesia.

5 November 2002

Salah satu tersangka kunci ditangkap. Amrozi bin Nurhasyim ditangkap di rumahnya di di Desa Tenggulun, Lamongan, Jawa Timur.

6 November 2002

10 Orang yang diduga terkait ditangkap di sejumlah tempat di Pulau Jawa. Hari itu juga, Amrozi diterbangkan ke Bali dan pukul 20.52 WIB, Amrozy tiba di Bandara Ngurah Rai.

7 November 2002

Satu sketsa wajah kembali dipublikasikan. Sementara itu Abu Bakar Ba'asyir yang disebut-sebut punya hubungan dengan Amrozi membantah. Ba'asyir menilai pengakuan Amrozi saat diperiksa di Polda Jatim merupakan rekayasa pemerintah dan Mabes Polri yang mendapat tekanan dari Amerika Serikat.

8 November 2002

Status Amrozi dinyatakan resmi sebagai tersangka dalam tindak pidana terorisme.

9 November 2002

Tim forensik menemukan residu bahan-bahan yang identik dengan unsur bahan peledak di TKP. Sementara Jenderal Da'i Bachtiar, Kapolri pada saat itu mengatakan kesaksian Omar Al-Farouq tentang keterlibatan Ustad Abu Bakar Ba'asyir dan Amrozi dalam kasus bom valid.

10 November 2002

Amrozi membeberkan lima orang yang menjadi tim inti peledakan. Ali Imron, Ali Fauzi, Qomaruddin adalah eksekutor di Sari Club dan Paddy's. Sementara M Gufron dan Mubarok menjadi orang yang membantu mempersiapkan peledakan. Polisi pun memburu Muhammad Gufron (kakak Amrozi), Ali Imron (adik Amrozi), dan Ari Fauzi (saudara lain dari ibu kandung Amrozi). Kakak tiri Amrozi, Tafsir. Tafsir dianggap tahu seluk-beluk mobil Mitsubishi L-300 dan meminjamkan rumahnya untuk dipakai Amrozi sebagai bengkel.

11 November 2002

Tim gabungan menangkap Qomaruddin, petugas kehutanan yang juga teman dekat Amrozi di Desa Tenggulun, Solokuro, Lamongan. Qomaruddin diduga ikut membantu meracik bahan peledak untuk dijadikan bom.

17 November 2002

Imam Samudra, Idris dan Dulmatin diduga merupakan perajik bom Bali I. Bersama Ali Imron, Umar alias Wayan, dan Umar alias Patek, merekapun ditetapkan sebagai tersangka.

26 November 2002

Imam Samudra, satu lagi tersangka bom Bali, ditangkap di dalam bus Kurnia di kapal Pelabuhan Merak. Rupanya dia hendak melarikan diri ke Sumatera.

1 Desember 2002

Tim Investigasi Bom Bali I berhasil mengungkap mastermind bom Bali yang jumlahnya empat orang, satu di antaranya anggota Jamaah Islamiah (JI).

3 Desember 2002

Ali Gufron alias Muklas (kakak Amrozi) ditangkap di Klaten, Jawa Tengah.

4 Desember 2002

Sejumlah tersangka bom Bali I ditangkap di Klaten, Solo, Jawa Tengah, di antaranya Ali Imron (adik Amrozi), Rahmat, dan Hermiyanto. Sejumlah wanita yang diduga istri tersangka juga ditangkap.

16 Desember 2002

Polisi menangkap anak Ashuri, Atang, yang masih siswa SMU di Lamongan. Tim juga berhasil menemukan 20 dus yang berisi bahan kimia jenis potassium klorat seberat satu ton di rumah kosong milik Ashuri di Desa Banjarwati, Kecamatan Paciran, Lamongan yang diduga milik Amrozi.

18 Desember 2002

Tim Investigasi Gabungan Polri-polisi Australia membuka dan membeberkan Dokumen Solo, sebuah dokumen yang dimiliki Ali Gufron. Dalam dokumen tersebut berisi tata cara membuat senjata, racun, dan merakit bom. Dokumen itu juga memuat buku-buku tentang Jamaah Islamiah (JI) dan topografi suatu daerah serta sejumlah rencana aksi yang akan dilakukannya.

6 Januari 2003

Berkas perkara Amrozi diserahkan kepada Kejaksaan Tinggi Bali.

16 Januari 2003

Ali Imron bersama 14 tersangka yang ditangkap di Samarinda tiba di Bali.

8 Februari 2003

Rekonstruksi bom Bali I

12 Mei 2003

Sidang pertama terhadap tersangka Amrozi.

2 Juni 2003

Imam Samudra mulai diadili.

30 Juni 2003

Amrozi dituntut hukuman mati

7 Juli 2003

Amrozi divonis mati

28 Juli 2003

Imam Samudra dituntut hukuman mati.

10 September 2003

Imam Samudra divonis mati.

28 Agustus 2003

Ali Gufron alias Muklas dituntut hukuman mati

2 Oktober 2003

Ali Gufron divonis mati.

30 Januari 2007

PK pertama Amrozi cs ditolak

30 Januari 2008

PK kedua diajukan dan ditolak

1 Mei 2008

PK ketiga diajukan dan kembali ditolak

21 Oktober 2008

MK tolak uji materi terhadap UU Nomor 2/Pnps/1964 soal tata cara eksekusi mati yang diajukan Amrozi cs.

9 November 2008

Amrozi cs dieksekusi mati di Nusakambangan. (iy/ndr)

Sumber: http://us.detiknews.com/read/2008/11/09/015608/1033710/10/kronologi-bom-bali-eksekusi-mati-amrozi-cs

Catatan SCN:

  1. Selisih waktu antara peristiwa bom Bali dan WTC adalah 1 tahun 1 bulan 1 hari (111). Kebetulankah?
  2. Andai kebetulan, mengapa menggunakan "nomor cantik" 111?
  3. Andai bukan kebetulan, mengapa bisa punya selisih "nomor cantik" 1 tahun 1 bulan 1 hari (111) semenjak peristiwa 911 (WTC)? Adakah hubungannya dengan kelompok pencetus tragedi Ambon tanggal 19/9/1999 (1911999) yang mungkin secara "kebetulan" mengindikasikan ada keterkaitan tragedi tersebut dengan tragedi 911 (peristiwa WTC; 1-911-999)?
  4. Apa makna "nomor cantik" 111 itu?
  5. Ledakan bom Bali terjadi pada pukul 11.11 WITA malam atau pukul 11.11 pagi waktu New York (lokasi tragedi kemanusiaan WTC berlangsung). Selisih waktunya adalah 12 jam. Angka tersebut paralel dengan tanggal terjadinya bom Bali, yaitu 12 Oktober 2002. Kebetulankah?
  6. 111 bila dijumlahlah menjadi 1 + 1 + 1 = 3. Angka ini digunakan untuk mengurangi angka 12, sehingga 12-3 = 9. Muncul lagi angka 9. Apakah ini kebetulan juga?
  7. Apakah angka 111 dan angka 11 berkaitan dengan 11/9/2001 yang bila angka 9 dan angka 2 dijumlahkan menjadi angka 11 sehingga 11/9/2001 menjadi 11111 atau 111-11 (111 (1 tahun 1 bulan 1 hari) setelah tragedi kemanusiaan WTC jam 11 lebih 11 menit)?
  8. Mengapa angka 1 dan angka 9 menjadi angka yang mengkaitkan peristiwa-peristiwa tersebut? Apakah ada kaitannya dengan kemunculan angka 1 dan angka 9 pada awal 1990-an dalam DI sebelum JI menyempal (baca "Komando Jakarta Pecah ")?Adakah kaitannya dengan kelompok DI, JI, dan afiliasinya yang mencita-citakan NII (Negara Islam Internasional) atau N11, mengingat angka 111 mengingatkan kita pada pola penulisan nomer darurat Amerika N11 (211, 311, 411,... 911)? N11 adalah kode untuk NII. Apakah para pelakunya adalah orang-orang atau kelompok orang yang mencita-citakan NII dan apakah melalui ledakan itu para pelaku hendak memberitahu publik dunia bahwa pelakunya adalah kelompok orang yang mencita-citakan NII? Kelompok yang mana? Tertangkapnya trio bomber beserta bukti-bukti yang memberatkan mereka hingga berakhir ke hukuman tembak mati telah menjawab pertanyaan nomer 7 ini.
  9. Mengapa menggunakan kode darurat Amerika? Apakah untuk mengancam Amerika dan memberitahu Amerika siapa yang bertanggung jawab terhadap ledakan bom Bali tersebut? Apa kaitannya dengan bom ketiga yang meledak di hari dan jam yang di dekat konsulat Amerika di Jakarta?
  10. Mengapa menggunakan kode nomor darurat Amerika dan bukannya Indonesia? Mengapa pula menggunakan singkatan dalam bahasa Indonesia (N11 adalah kode untuk NII yang bisa berarti Negara Islam Indonesia, juga bisa berarti Negara Islam Internasional/ Nation of International Islam)? Apakah untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa kamp Afghanistan dipindahkan ke Indonesia pasca bombardir kamp Al Qaida Afghanistan oleh Amerika Serikat dkk? Andai memang kamp itu hijrah ke Indonesia, mengapa hijrahnya ke Indonesia dan bukannya negara-negara lain?
  11. Ada terlalu banyak kebetulan antara kronologi awal tercetusnya tragedi kemanusiaan di Ambon, tragedi kemanusiaan WTC, tragedi bom Bali, bom buku, dan bom Serpong yang gagal meledak, misalnya saja konsistensi kemunculan angka 1 dan 9. Benarkah semua itu kebetulan? Ataukah bukan kebetulan dan malah mengindikasikan bahwa jaringan yang beroperasi itu sama?

Related Articles:



This Related-Post-By-Category Widget by Hoctro | Jack Book

Tidak ada komentar:

Posting Komentar