Lanjutan dari.... "DAUR ULANG MILITAN-MILITAN DI INDONESIA (23)"
Diterjemahkan oleh StuyCycle.NET dari Asia Report N°92 - 22 Februari 2005
Untuk koleksi Perpustakaan Online StudyCycle.NET
B. KOMANDO JAKARTA PECAH
Komplikasi baru terjadi selama diskusi-diskusi ini terjadi — perpecahan di dalam KW9 pada Oktober 1996.
Sebagaimana dicatat di atas, KW9 berdiri pada tahun 1975 atau 1976, dengan kepala administrasi seorang pria bernama Abi Karim alias Karim Hasan dan dengan komandan militer Seno alias Basyar. Para pemimpin lainnya termasuk Haji Rais, Nurdin Yahya, Ahmad Sobari , dan Ahmad Sumargono, yang hari ini lebih dikenal sebagai pendiri organisasi KISDI (Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam) pada tahun 1986. Banyak di antara orang-orang ini, termasuk Abi Karim, ditangkap pada tahun 1980 sehubungan dengan Komando Jihad, dan dijatuhi hukuman penjara yang lama .
Ketika pemimpin mereka masuk penjara, anggota KW9 yang tersisa menggunakan Korps Muballigh Jakarta (KMJ) sebagai samaran untuk melanjutkan dakwah DI. KMJ menyediakan para mubaligh untuk khutbah sholat Jumat bagi banyak masjid Jakarta, dan dengan aktif dalam KMJ, anggota DI bisa memastikan mereka akan memiliki kesempatan untuk khutbah dan merekrut anggota baru.
Ketika ini terjadi, Panji Gumilang alias Abu Toto, pendiri pesantren Al-Zaytun, memulai karir DI-nya. Dia telah bergabung dengan KW9 pada tahun 1978 tetapi baru beberapa bulan bergabung , ia ditangkap karena mengambil bagian dalam demonstrasi GPI dan ditahan selama delapan bulan di Bandung, di mana ia satu sel dengan Mursalin Dahlan. Pada tahun 1981, setelah banyak pemimpin puncak DI Jawa Barat ditangkap, ia melarikan diri ke Sabah, Malaysia, dengan bantuan dari Dewan Dakwah Islam Indonesia, di mana ia bekerja sebagai khotib, yang didukung oleh Liga Muslim Dunia (Rabitah al-Alam al-Islami). Ia sering kembali ke Banten selama periode ini, tiketnya dilaporkan dibayar oleh Haji Sanusi, mantan menteri yang kemudian harus ditangkap dalam plot terhadap Soeharto.113
Pada tahun 1983-1984, sementara Abu Toto masih di Malaysia, sebagian pemimpin KW9 dibebaskan dari penjara. Hampir segera perpecahan berkembang diantara mereka. Beberapa orang yang mengetahui Adah Djaelani ada di penjara memutuskan bahwa mereka tidak bisa terus berada di Darul Islam, jika seseorang dengan karakter yang meragukan menjadi pemimpin. Mereka meninggalkan KW9 dan KW9berada di bawah kendali tiga orang, yaitu: Abi Karim, Nurdin Yahya, dan Haji Rais.
Ketika Abu Toto kembali dari Sabah, ia kembali bergabung dengan KW9 dan melekatkan dirinya pada Abi Karim. Semenjak tahun 1987, ke manapun Abi Karim pergi, Abu Toto hampir bisa dipastikan menemaninya. Dia juga melakukan kunjungan rutin ke Adah Djaelani yang masih ditahan dan yang jadi sangat senang dengan penggalangan dana secara kreatif yang dilakukan Abu Toto.114 Pada tahun 1990, dengan dukungan dari Adah Djaelani dan Abi Karim, Abu Toto menjadi kepala staf untuk KW9.
Suatu ramalan beredar di Banten pada waktu itu, yaitu bahwa bila tahun dengan angka Alif (angka "1") bergabung dengan angka "9", maka sebuah peristiwa besar akan terjadi. Mereka menafsirkan ini bahwa pada tahun 1991, DI akan bangkit lagi, lebih kuat daripada sebelumnya. Untuk mempersiapkan hal itu , mereka menata ulang organisasi KW9 dari atas hingga bawah dan meningkatkan sumbangan wajib dari anggota. Dalam proses tersebut, Abu Toto mengambil peran yang semakin penting.
Abi Karim meninggal dunia pada tahun 1992, dan Haji Rais mengambil alih hanya untuk ditangkap karena aktivitas DI/ NII selama setahun berikutnya — ada yang bilang melalui intrik Abu Toto yang kemudian menjadi kepala KW9 dan terus membuat dirinya menonjol dengan penggalangan dana. Ketika Adah Djaelani akhirnya dilepaskan pada tahun 1994, mereka berdua menjadi sangat dekat, dan pada bulan Oktober 1996, tanpa konsultasi apapun, Adah mengeluarkan dekrit mengganti Tahmid dengan Abu Toto sebagai kepala staf DI.
Keputusan tersebut membuat berang banyak anggota senior DI, termasuk Gaos Taufik dan Mia Ibrahim, belum lagi Tahmid itu sendiri. Mereka memutuskan bahwa karena ia telah melanggar peraturan DI dengan tidak melakukan konsultasi dengan Dewan Imamah, mereka tidak lagi mengakui dirinya sebagai pemimpin. Para anggota veteran DI Ahmad Hussein dan Ules Sudjai mendukung Adah, dan faksi Tahmid-Gaos memasang Mahfudz Siddiq sebagai kepala KW9. 115 (Bersambung)
Catatan kaki
113"Riwayat Abu toto: Syaykh ‘Resmi' Al Zaytun" diambil dari artikel karya Umar Abduh, 27 November 2004, http://zaytun.blogspot.com/2004_11_01_zaytun_archive.html
114 Abu Toto menyelenggarakan iuran tahunan wajib bagi anggota KW9 dari Rp.10, 000 hingga Rp.50, 000, dan memaksakan deretan pungutan baru yang luar biasa. Anggota diminta untuk ber- shodaqoh, ketika mereka bergabung, ketika mereka ingin menebus dosa, ketika mereka menikah, bahkan ketika mereka pulang ke rumah untuk merayakan Ramadhan. Dibandingkan dengan KW -KW lain, KW9 bergelimang dengan uang.
115 Mahfudz Siddiq adalah mentor Kang Jaja, pendiri kelompok Banten yang bertanggung jawab atas bom September 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar