Lanjutan dari.... "DAUR ULANG MILITAN-MILITAN DI INDONESIA (22)"
Diterjemahkan oleh StuyCycle.NET dari Asia Report N°92 - 22 Februari 2005
Untuk koleksi Perpustakaan Online StudyCycle.NET
A. Masduki menjadi imam
Pada tahun 1984, ketika dia dibebaskan, sebagian besar pemimpin DI senior lainnya masih di penjara, termasuk imam DI, Adah Djaelani. Selama dua tahun berikutnya, beberapa orang anggota pasukan khusus Gaos Taufik dibebaskan, termasuk beberapa orang yang menetap di sekitar Babakan Ciamis, Kotabumi, Lampung. Mereka mulai membangun kembali kehidupan mereka, memulai usaha dan menghidupkan kembali DI. Reputasi DI dan Warman adalah sedemikian rupa sehingga tak seorang pun berani menentang mereka.
Orang DI yang mendirikan perusahaan kontraktor yang membangun jalan-jalan di Lampung mengatakan dengan kebanggaan yang jelas, "tidak ada yang menghalangi jalan kami. Tentara dan preman takut pada kami Mereka mengatakan, kami adalah bagian dari kelompok Warman".101
Pada tahun 1986-an, orang-orang ini memutuskan bahwa kekosongan dalam imamah yang disebabkan oleh penangkapan-penangkapan Komando Jihad harus diisi, karena DI berada dalam keadaan lumpuh. Nama Ajengan Masduki pun muncul. Semua setuju ia adalah pilihan yang paling sesuai, paling tidak dalam kapasitas sebagai pengurus. Mereka kemudian masuk ke dalam mobil, naik kapal feri ke Jawa, dan pergi ke Cianjur untuk menemui kandidat mereka. Ajengan Masduki mengatakan ia akan melakukan apa saja untuk melayani para mujahidin. "Jika mereka kehilangan prajurit, saya akan menjadi seorang prajurit Jika mereka kehilangan orangtua, saya akan menjadi ayah bagi mereka. Jika mereka telah kehilangan imam mereka, saya siap untuk memimpin mereka, sepanjang semuanya dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan", kata orang yang ingat perkataannya.102
Oleh karena itu, pada suatu waktu pada tahun 1987, atas desakan orang-orang Lampung dan Ajengan Masduki, Dewan Fatwa DI mengeluarkan keputusan menyerukan diadakannya Majelis Syuro, badan legislatif tertinggi Negara Islam Indonesia103, yang terdiri dari kabinet dan perwakilan DI dari setiap KW.104
Pada tanggal 4 November 1987, di Babakan Ciamis, Majelis Syuro bersidang dan mempertimbangkan tiga kandidat, yaitu: Abdul Fatah Wirananggapati (seorang komandan asli Jawa Barat ), Abdullah Sungkar (mewakili generasi muda), dan Masduki.105
Tapi Masduki tidak pernah mempunyai oposisi serius. Bukan hanya dia sendiri menjadi anggota komite persiapan untuk pertemuan itu, tapi ia sebelumnya juga telah berkonsultasi dengan Gaos Taufik dan Ale AT, tampaknya dalam upaya untuk memastikan bahwa DI Sumatra dan DI Sulawesi akan menerima pencalonannya. Beberapa versi menekankan bahwa ini dilakukan dengan sepengetahuan penuh Adah Djaelani dan dengan persetujuannya karena ada kebutuhan untuk pemimpin di luar penjara, paling tidak dalam kapasitas sebagai kuasa usaha (bahasa Indonesia lama) atau pemangku jabatan (bahasa Indonesia modern), sampai dia ke luar penjara.106 Bagaimanapun juga, beberapa pemimpin DI tidak senang dan menuduh Masduki merebut kekuasaan.
Setelah memilih kuasa usaha atau pemangku jabatan imam, Masduki menempatkan orang-orangnya sendiri di posisi kunci, termasuk Mamin alias Ustadz Haris sebagai sekretaris negara dan Abu Bakar Ba'asyir sebagai menteri hukum DI. Abdullah Sungkar bertanggung jawab untuk urusan luar negeri, khususnya mencari dukungan politik dan dana dari luar negeri107. Mia Ibrahim menjadi komandan Jawa-Madura.
Tujuan utama kabinet Masduki adalah membangun dukungan internasional dan penguatan kapasitas militer DI. Sungkar berfokus pada penggalangan dana dari Arab Saudi dan Rabitah, sedangkan Broto, sebagai salah satu anggota papan atas staf Mia Ibrahim, ditugasi dengan melancarkan pengiriman rekrutan DI ke Afghanistan.
Pada tahun 1988, demi kepentingan tujuan-tujuan yang lebih jauh, Masduki bersama delegasi DI pergi ke Pakistan dan Afghanistan. Mereka ini termasuk Abdullah Sungkar, Abu Bakar Ba'asyir, dan dua orang lainnya. Sungkar dilaporkan menggunakan kunjungan tersebut untuk memperkenalkan Masduki kepada Abdul Rasul Sayaf yang kamp-nya di Sada melatih para rekrutan DI, kepada Abdullah Azzam yang merupakan seorang ideolog terkemuka jihad salafi, dan kepada komandan mujahidin senior lain.
Delegasi itu meninggalkan kesan yang mendalam karena salah seorang orang Indonesia yang ikut serta. Ia mengatakan bahwa walaupun sudah tua, Ajengan Masduki adalah orang tua yang paling kuat dan berhasil mencapai kamp di Khost utara, lima kilometer ke dalam pegunungan, dengan kekuatannya sendiri. Sementara mereka ada di sana, daerah itu dibom oleh pesawat Soviet, dan sebagian besar yang hadir berlari ke gua. Masduki tinggal di luar sambil mengatakan "Ini bagus, mengingatkan saya pada masa lalu!"108 Keberanian nya mendatangkan kekaguman padanya, bukan hanya dari orang Indonesia tetapi juga dari orang Afghanistan. Satu-satunya masalah adalah Masduki bersikeras kesana-kemari dengan mengenakan celana pendek, meskipun peraturannya adalah bahwa semua orang disitu harus memakai celana yang menutupi lutut. Seorang Indonesia di sana mengatakan,"ia tampak seperti turis Kami ingin mengatakan padanya bahwa dia tidak bisa melakukan hal ini. Tapi ia imam kami..." Yang l ebih mengkhawatirkan adalah khotbahnya yang dari perspektif salafi termasuk Ilmu laduni109.
Perjalanan ke Afghanistan memiliki konsekuensi yang tidak terduga. Kelompok Sayyaf mulai mempengaruhi beberapa pemikiran Masduki dalam kaitannya dengan khalifah sebagai tujuan utama mereka, bukan hanya tujuan sempit Negara Islam Indonesia. Mereka kemudian mulai memikirkan kembali perjuangan mereka selama tenggelam dalam perjuangan nasionalis parokial. Tetapi, ketika mereka pindah ke pandangan yang lebih internasionalis, DI yang lain melihat Masduki dan anak buahnya menyimpang dari pedoman Kartosoewirjo dan perlu untuk dibawa kembali ke jalurnya.
Perjalanan tersebut juga menimbulkan gesekan dengan cara lain. Ada orang dalam delegasi itu marah karena dalam pertemuan dengan Sayyaf, Abdullah Sungkar yang terus berbicara, bukannya Masduki. Masduki tidak bisa berbahasa Arab, dan dia telah meminta Sungkar untuk berbicara atas nama kelompok — tetapi kesan yang ditinggalkan adalah: Sungkar sengaja disisihkan oleh Masduki.
Ketika perpecahan Sungkar-Masduki terjadi pada tahun 1992, maka jelas di antara kedua orang itu ada persaingan dominasi dalam gerakan tersebut, walaupun ada juga faktor-faktor lain yang terlibat. Sungkar, seorang salafi puritan, menuduh Masduki ber kecenderungan sufi atas dasar ia terlihat merujuk kepada beberapa ajaran yang disebutkan di atas dan merujuk kepada latar belakang Nahdlatul Ulamanya.
Masduki dan beberapa orang di sekitarnya, mempertanyakan pertanggungjawaban Sungkar mengenai dana yang digunakan untuk pelatihan di Afghanistan110. Mereka juga mengatakan, dia telah mempersonalisasikan sumpah setia Darul Islam yang lama kepada dirinya, sehingga rekruitan baru lebih bersumpah setianya kepadanya bila dibandingkan kepada organisasi111. Selain itu, kata mereka, Sungkar bersikeras bahwa semua veteran Afghanistan yang telah kembali tetap berada dibawah kendalinya, bukannya kembali ke KW asal mereka.
Akhirnya, orang-orang DI di Malaysia yang setia kepada Ajengan Masduki atau Gaos Taufik mendapati arogansi Sungkar dan orang-orangnya, terutama pada masalah agama. "Mereka mengatakan kami tidak tahu apa-apa tentang Islam karena kami tidak mengutip Quran setiap kali kami membuka mulut kami", kata salah seorang dari mereka112. Perpecahan tampaknya tak terelakkan.
Jama'ah Islamiyah lahir pada tanggal 1 Januari 1993, dan Ajengan Masduki menggunakan pembelotan Sungkar sebagai alasan untuk mengkonsolidasikan jajarannya. Satu peristiwa yang menarik dari perpecahan itu adalah bahwa semua santri Pondok Pesantren Ngruki yang orangtuanya setia kepada Masduki pindah ke pondok pesantren lain, yaitu pondok pesantren Nurul Salam di Ciamis.
Adah Djaelani dibebaskan dari penjara pada tahun 1994, dan selama empat tahun berikutnya, sebagian besar sisa pemimpin tertinggi Jawa Barat juga dibebaskan. Mereka mulai mengadakan pertemuan sporadis di mana masalah utama adalah apakah Masduki akan terus sebagai imam atau posisi itu akan kembali ke Adah, dan apakah struktur DI seharusnya menjadi imamah tahun 1974, 1979, atau 1987, dengan beberapa perubahan yang sudah diterapkan Masduki. (Bersambung)
Catatan kaki
101Wawancara Crisis Group, November 2004.
102Ibid
103Wawancara Crisis Group, November 2004. Maklumat Dewan Fatwa No.1/87 dikeluarkan oleh Abdul Haq asy-Syuja', kepala Dewan Fatwa, yang baru saja dilepaskan dari dari penjara
104Komite persiapan untuk Majelis Syuro didirikan dengan Rasyid Ibrahim sebagai ketua dan Ajengan Masduki bersama-sama dengan beberapa orang Lampung sebagai anggota.
105 Gaos Taufik yang baru saja dibebaskan dari penjara tetapi tidak diizinkan untuk meninggalkan kota Medan seharusnya menjadi pesaing yang kuat. Tetapi walaupun ia dicintai oleh rekan-rekan DI - nya, khususnya rekan-rekan DI yang di Lampung, ia dianggap terlalu impulsif dan ilmu agama nya dianggap kurang dalam untuk menjadi imam.
106 Menurut versi ini, pada tahun 1987, Adah Djaelani diam-diam menulis surat ke Ajengan Masduki meminta dia untuk mengambil alih kepemimpinan DI. Surat itu disaksikan oleh Tahmid Kartosoewirjo dan dipercayakan kepada Abi Karim alias Karim Hasan untuk diberikan kepada Ajengan Masduki. Tapi Abi Karim yang datang dari latar belakang Muhammadiyah ber keberatan dipimpin seorang pemimpin ber latar belakang Nahdlatul Ulama (NU). Ajengan Masduki tidak pernah tahu keberadaan surat itu sampai terungkap dalam pertemuan DI di Jakarta pada tahun 1996.
107Gelarnya adalah Kuasa Usaha Komandemen Tertinggi
108Wawancara Crisis Group, November 2004
109 ilmu yang langsung berasal dari Allah tanpa melalui proses belajar (semacam karunia ghoib makrifat dalam Alkitab) — 1 Korintus 12:8 (Kepada yang seorang, Dzat Al Qudus mempercayakan karunia untuk berkata-kata dengan hikmah, dan kepada yang lain, Dzat Al Qudus yang sama mempercayakan karunia untuk berkata-kata dengan ma'rifat) dan 1 Korintus 13:8 ( Kasih tidak akan lenyap. Nubuat-nubuat akan berakhir, karunia bahasa-bahasa ghoib akan berhenti, dan ma'rifat pun akan berakhir )
110Wawancara Crisis Group, November 2003.
111Wawancara Crisis Group, July 2004.
112Wawancara Crisis Group, July 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar