Lanjutan dari.... "DAUR ULANG MILITAN-MILITAN DI INDONESIA (21)"
Diterjemahkan oleh StuyCycle.NET dari Asia Report N°92 - 22 Februari 2005
Untuk koleksi Perpustakaan Online StudyCycle.NET
VII. AJENGAN MASDUKI DAN KERETAKAN BARU
Dalam studi Jama'ah Islamiyah, Ajengan Masduki dikenal sebagai orang yang berbeda dengan Abdullah Sungkar. Perbedaan tersebut mengakibatkan Abdullah Sungkar menyempal dari kelompok DI (Darul Islam) dan mendirikan kelompok JI (Jama'ah Islamiyyah) pada tahun 1993 . Namun sepanjang dasawarsa 1980-an dan 1990-an, ia memainkan peran penting sebagai mentor bagi banyak orang yang terlibat dalam tindak kekerasan yang sering terkait JI atau atau yang beraliansi dengan JI, kalaupun pun tidak langsung di bawah komando JI. Dia mengutus orang-orangnya sendiri ke Afghanistan dan Mindanao, dan sementara banyak orang menyeberang ke Sungkar, beberapa orang tetap setia kepadanya. Masduki seperti halnya setiap orang dalam sayap militer Darul Islam (fisabilillah) tetap ada bersama-sama di Indonesia, sementara Sungkar dan Ba'asyir berada di Malaysia. Dan, sementara ia dan Sungkar tetap berselisih sampai meninggal dunia pada tahun 1999, ada lebih banyak komunikasi dan interaksi di antara para pengikut mereka. Orang-orang yang loyal pada Masduki dengan demikian adalah kolam operatif sumber pelaku jihad.
Ajengan Masduki lahir di Ciamis. Dikenal sebagai salah satu ulama Islam sejati DI. Menurut laporan, dia telah hafal Al-Quran saat berumur enam belas tahun. Dia adalah satu dari sangat sedikit pemimpin Darul Islam yang berlatar belakang Nahdlatul Ulama. Dia sempat bertempur melawan Belanda saat berada dalam di Hizbullah dan pada tahun 1946 ikut pertemuan Cisayeung, Jawa Barat, yang meletakkan dasar bagi pendirian kelompok Darul Islam tiga tahun kemudian. Ia menjadi camat DI pertama di Gunung Cupu, Tasikmalaya, dan menurut salah satu sumber, dia adalah komandan level kecamatan pertama yang ditugaskan oleh Kartosoewirjo. Ia menjadi anggota Dewan Fatwa (Dewan Fatwa) di bawah Daud Beureueh, dan pada tahun 1979, ketika Adah Djaelani menjadi imam, dia menjadi kepala deputi Dewan Fatwa itu.
Masduki ditangkap pada tahun 1982, salah seorang yang ditangkap pada penangkapan terakhir dalam penumpasan pasca Komando Jihad dari 1979-1982. Dia ditahan selama dua tahun dan ketika dilepaskan, dia kembali ke Cianjur, Jawa Barat daerah. (Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar