Kamis, 28 April 2011

DAUR ULANG MILITAN-MILITAN DI INDONESIA (35)

Lanjutan dari.... "DAUR ULANG MILITAN-MILITAN DI INDONESIA (34)"

Diterjemahkan oleh StuyCycle.NET dari Asia Report N°92 - 22 Februari 2005

Untuk koleksi Perpustakaan Online StudyCycle.NET

D. HARUN: SATU MAN USIA PENGHUBUNG KE AMIN, CIMANGGIS, DAN BANTEN

Masalahnya adalah Harun semakin radikal. Dia mulai mencari-cari kesalahan mengenai bagaimana para anggota DI yang lebih tua mempraktekkan Islam di Cigarung, menuduh mereka bid'ah. Pada awal tahun 2003, ia bertemu dengan seorang mubaligh salafi dari Jakarta yang bernama Oman Rochman alias Aman Abdurahman, yang di kemudian hari ditangkap pada Maret 2004 sehubungan dengan pelatihan membuat bom di Cimanggis. 160 Harun dan Aman pertama kali bertemu di Masjid at-Taqwa di Tanah Abang, masjid yang terkenal dengan jemaahnya yang terdiri dari para mantan anggota AMIN. Pada akhir tahun 2003, pada akhir bulan Romadhon, Harun berbicara dengan Aman tentang perlunya i'dad (persiapan jihad), termasuk penguasaan: pelatihan fisik, pelatihan senjata, pelatihan bahan peledak, dan pelatihan menyamar. Harun setuju untuk member instruksi pada beberapa pengikutnya 161 dan mulai melatih sekitar selusin orang, kebanyakan dari mereka adalah mahasiswa dan pedagang donat paruh waktu, pada bulan Desember 2003 dan Januari 2004. 162Ini termasuk instruksi pembuatan bom pipa dan bom molotov. Harun mengajar murid-muridnya bahwa tujuan dari bom pipa adalah untuk menyerang orang, bukan untuk menghancurkan rumah-rumah atau bangunan. Ini adalah teknik untuk digunakan melawan kafir dan munafik ketika sarana-sarana lain gagal. 163Para muridnya mengatakan ia tidak pernah spesifik mengenai siapa yang akan mereka perangi, dia hanya mengatakan bahwa mereka harus siap ketika waktunya tiba. 164

Tapi dilaporkan, di Cigarung dia berbicara tentang menyerang Amerika Serikat dan sekutunya, dimanapun mereka berada, termasuk di Indonesia, dan termasuk penduduk sipil, baik itu perempuan maupun anak-anak. Konsep jihad Harun itu sangat bertentangan dengan konsep jihad DI Cigarung. 165 Dia memimpin pengikutnya berdiskusi mengenai Irak, Afghanistan, dan Palestina, dan mereka shalat di langgar kecil yang terpisah dari masjid yang umumnya digunakan masyarakat, agar mereka tidak dipengaruhi oleh praktek-praktek keagamaan orang tua mereka yang tidak dapat diterima.

Dia dan Kang Jaja tampaknya terus seiring-sejalan, dan Iwan alias Rois berpartisipasi dengan rekrutan-rekrutannya dalam sesi pelatihan militer yang disponsori oleh Ring Banten di Gunung Peti di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, pada Mei-Juni 2004.

Setelah polisi membubarkan kelompok Cimanggis Maret 2004 dan menangkap Aman Abdurahman, Rois tampaknya membantu Harun dan seorang pria dari Cigarung bernama Cholid (juga seorang pengikut Aman) lari ke Pendolo, ke kamp pelatihan lama di tepi Danau Poso. Laporan terakhir adalah bahwa bahkan di sana, Harun membuat kesal penduduk setempat, dan penduduk mengusir Harun dan Cholid. 166

Beberapa bulan kemudian Rois bertemu dengan dua teman JI-nya, lulusan Ngruki, yang dikenalnya di Poso. 167 Mereka mengundangnya mengambil bagian dalam operasi jihad yang ternyata berupa pengeboman kedutaan. Rois setuju dan meminta beberapa teman-temannya dari Cigarung dan anggota Ring Banten dari perusahaan kurir SMK untuk mengambil bagian juga.

Pengeboman Kedubes Australia tampaknya adalah sebuah operasi gabungan antara bagian-bagian dari struktur JI dan kelompok Banten. Sementara Azhari dan Noordin hampir pasti dalang, tidak jelas apakah ada dukungan apapun dari anggota komando pusat JI atau apakah ada konsultasi dengan komando pusat JI sepenuhnya atau tidak.

Menurut kesaksian dari beberapa orang yang ditangkap sehubungan dengan kasus itu, Rois yang ditahan pada bulan November 2004 bertanggung jawab atas survei lapangan dan koordinasi dengan Noordin, si ahli strategi, dan Azhari, koordinator lapangan dan pembuat bom, termasuk membantu mereka melarikan diri. Agus Ahmad Hidayat (dari Cianjur) yang kini ditahan memainkan peran utama dalam membantu memindahkan bahan peledak dan melindungi Noordin dan Azhari.

Rois-lah yang dilaporkan bertanggung jawab merekrut para pembom bunuh diri dari kelompok Banten untuk bergabung dengan JI — Azhari dan Nurdin telah merekrut empat orang. Heri Golun alias Agun dari Cigarung mendapatkan tugas itu. Dari tujuh rekrutan yang tersisa, tiga orang di antaranya kini telah ditangkap.168

Catatan kaki:

160Mengenai kelompok Cimanggis, Lihat Laporan Crisis Group, Mengapa Salafisme dan Terorisme Sebagian Besar Tak Berbaur , op. cit.

161 Polri Metro Jaya dan Sekitarnya, Direktorat Reserse K riminal Umum, Berkas Perkara Tentang Tindak Pidana Terorisme. Kesaksian Oman Rochman alias Aman Abdurrahman b in Ade Sudarma, 21 Maret 2004.

162 Aman menyediakan modal untuk proyek bisnis donat.

163 Polri Metro Jaya dan Sekitarnya, Direktorat Reserse K riminal Umum, Berkas Perkara Tentang Tindak Pidana Terorisme. Kesaksian Hadi Swandono alias Ubaidah dalam berkas kasus Aman Abdurrahman, 17 Mei 2004.

164 Ibid.

165 Wawancara Crisis Group, Desember 2004.

166 Tidak jelas ke mana.

167 Salah satu nya telah ditahan di sana sebentar karena penyelundupan amunisi.

168 Delapan oran itu adalah Hasan (JI); Gempur alias Jabir, sepupu al-Ghozi (JI), Chandra (JI), Ismail (JI), Agus (Ring Banten); Deni (Ring Banten); Irun (Ring Banten), dan Agun dari Sukabumi (Ring Banten).

Related Articles:



This Related-Post-By-Category Widget by Hoctro | Jack Book

2 komentar:

  1. salafy tidak mengajarkan terorisme,tapi aqidah khawarij lah yang membuat mereka menjadi teroris

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus