Sabtu, 23 April 2011

DAUR ULANG MILITAN-MILITAN DI INDONESIA (33)

Lanjutan dari.... "DAUR ULANG MILITAN-MILITAN DI INDONESIA (32)"

Diterjemahkan oleh StuyCycle.NET dari Asia Report N°92 - 22 Februari 2005

Untuk koleksi Perpustakaan Online StudyCycle.NET

B. RING BANTEN DI POSO

Setelah pisah dengan KW9, Kang Jaja terus membangun kapasitas militer pengikutnya. Dia menjaga agar kamp pelatihan di Saketi, Banten, terus berjalan, terus mengirim kan orang ke Mindanao, dan meningkatkan rekrutmen bagi jihad lokal di Ambon, Maluku, dan Poso, Sulawesi Tengah. Di daerah yang terakhir disebutkan itu, ia bekerja sama dengan Laskar Jundullah dari Sulawesi Selatan — ia benar-benar pindah ke sana pada bulan September 2001 — dan juga bekerja sama dengan Jamaah Islamiyah. Suryadi Mas'oed dari Laskar Jundullah membantunya membeli senjata dari Mindanao.

Ilustrasi RPG Launcher
Pada tahun 2002, menurut suatu sumber, Ring Banten mendapatkan berlusin-lusin pistol dan senapan otomatis, 25.000 renteng amunisi, beberapa ratus kilo bahan peledak, dan dua RPG launcher (peluncur granat). 150

Dia juga bekerja sama dengan organisasi jihad lainnya untuk mendirikan sebuah kamp pelatihan bersama di Pendolo, di tepi Danau Poso di Sulawesi Tengah. Terinspirasi oleh cara Laskar Jundullah yang menggunakan cabang KOMPAK Sulawesi Selatan yang bergerak di bidang kemanusiaan sebagai penyamaran untuk kegiatannya, Kang Jaja mendirikan lembaga amal yang ia sebut Bulan Sabit Merah (Red Crescent) sebagai samaran untuk meraih tujuan militernya. 151Para pengikut Kang Jaja kadang-kadang dikenal di daerah Poso sebagai Milisi Bulan Sabit Merah. Di antara sekian banyak tindak kekerasan yang dilakukannya, ia bertanggung jawab terhadap penembakan seorang wisatawan Italia pada bulan Agustus 2002. 152Di antara para mujahidin di Poso, Pendolo dikenal sebagai basis untuk tiga kelompok yang terpisah: JI, Laskar Jundullah, dan Darul Islam. Tapi masalahnya adalah bahwa awalnya ada dua faksi DI di sana. Yang satu dipimpin oleh Kang Jaja dan keponakannya, Iwan alias Rois. Yang satunya lagi dipimpin oleh seorang loyalis Ajengan Masduki dan anak didik Ahmad Said Maulana yang bernama Syaiful alias Fathurrobi alias Harun, yang berasal dari Cilacap, Jawa Tengah, dekat perbatasan Jawa Barat. Mereka awalnya bersaing untuk mendapatkan pengikut dari kalangan penduduk lokal, tapi akhirnya, Kang Jaja dan anak buahnya berhasil membujuk Harun untuk menggabungkan kekuatan. 153

Hubungan Ring Banten dengan JI yang meningkat di Poso pada tahun 2000-2002 telah meningkat sejak sesi-sesi pelatihan dengan para veteran Afghanistan pada tahun 1999. Mereka sebagian besar adalah orang-orang Mantiqi I, divisi regional JI yang meliputi Malaysia dan Singapura dan awalnya dipimpin oleh Hambali, karena orang Mantiqi I — Imam Samudra — adalah penduduk asli Banten, teman dekat dan bekas teman sekelas Ustadz Heri Hafidzin, anggota Ring Banten, saat mereka masih pelajar sebuah sekolah menengah. Heri yang ditahan sehubungan dengan bom Bali bekerja selama beberapa tahun di perusahaan kurir Sajira.

Kerjasama antara JI dan Ring Banten mempunyai arti bahwa Ring Banten bisa diandalkan untuk menyediakan perlindungan bagi anggota JI yang datang kembali dari Maluku atau melarikan diri pengadilan. Kerjasama ini juga mengakibatkan dukungan logistik dalam hal pembelian senjata dan pelaksanaan operasi. Misalnya, ketika pada tahun 2000 Imam Samudra membeli beberapa ton bahan peledak dari perusahaan pertambangan di Bojonegara, Cilegon, Jawa Barat, dengan dana yang disediakan oleh Zulkarnaen yang merupakan kepala operasi militer JI dan salah satu pimpinan puncak JI yang masih buron. Seorang anggota JI bernama Asep alias Darwin yang di kemudian hari kemudian terlibat dalam pemboman Atrium Mall menyerahkan bahan peledak ke Ring Banten untuk disimpan. 154

Pada tanggal 13 September 2001, tidak lama setelah pengeboman Mall Atrium di Jakarta, tiga belas pemuda ditangkap di kamp Kang Jaja di Saketi, Pandeglang, di mana mereka menjalani pelatihan militer (tadrib) dengan instruktur beberapa orang Malaysia. 155

Suryadi Mas'oed, anak didik Syawal Yasin yang telah membantu Ring Banten memperoleh senjata dari Mindanao mengatakan kepada polisi bahwa sekitar satu bulan setelah pemboman Atrium, ia bertemu dengan kelompok Banten di rumah seorang pria bernama Tono di Menes, Banten. Disitu hadir Imam Samudra yang ia gambarkan sebagai pemimpin Ring Banten. Mereka mendiskusikan perolehan senjata dan bahan peledak dari Filipina dan memeriksa pembukaan hubungan dengan Libya. Suryadi mengatakan ia menerima tugas dari Imam Samudra dalam pertemuan ini untuk meledakkan fasilitas asing di Makassar atau di tempat lain di Sulawesi Selatan. 156

Ia juga mengatakan bahwa selain Imam Samudra, Abu Gali dari Bandung juga memimpin kelompok tersebut; Abdul Fatah (mungkin orang yang terdampar di Filipina pada pertengahan 2000) adalah pemimpin operasi militer, dan Ustadz Heri Hafidzin adalah pemimpin dakwah dan rekrutmen kader. Heri Hafidzin-lah yang memperkenalkan Imam Samudra yang adalah teman lamanya dengan para pemuda yang merampok toko emas Elita di Serang pada tanggal 29 Agustus 2002 untuk mengumpulkan dana bagi bom Bali. 157 Ia juga memberikan pengarahan kepada Iqbal alias Arnasan alias Lacong, pelaku bom bunuh diri di Paddy's Bar, yang juga anggota Ring Banten.

Catatan kaki:

150 Wawancara Crisis Group, Desember 2004.

151Kelompok ini tidak memiliki hubungan dengan Federasi Palang Merah Internasional dan Komunitas Bulan Sabit Merah atau Bulan Sabit Merah yang lain, yang didirikan oleh Dr Basuki dari partai politik, PKS.

152 Lihat Laporan Crisis Group, Jihad di Sulawesi Tengah, op.cit.

153 Wawancara Crisis Group, November 2004. Dari titik ini, Harun berulang kali muncul dalam berbagai samaran yang berbeda.

154 Asep alias Darwin hingga tulisan ini dibuat tidak pernah tertangkap dan pada satu titik dilaporkan tinggal dengan orang buronan lain nya yang bernama Holis yang dicari -cari sehubungan dengan pemboman Malam Natal di Bandung. Asep saat tulisan ini dibuat diyakini berada di Mindanao. Holis akhirnya ditangkap di Sulawesi Utara pada bulan September 2004, dalam jaring pasca pengeboman kedutaan Australia. Pada Januari 2005, ia dikabarkan telah dilepaskan.

155Para peserta training mempelajari dasar-dasar keahlian menembak, serta bagaimana menggunakan pisau dan parang. Jalan menuju ke rumah di Saketi masih jarang digunakan oleh mobil atau sepeda motor sewaan. Bagian depan rumah itu berubah menjadi semacam bengkel, sebagian untuk tujuan kamuflase, sehingga orang-orang yang lewat tidak akan curiga ada pelatihan militer yang berlangsung di belakang nya, di tengah-tengah kebun kelapa dan pisang seluas hektar. Toko ini juga menjadi tempat di mana para peserta belajar untuk membuat bom. Kelompok- kelompok pengajian tanpa pelatihan militer dimulai oleh kelompok Banten di sedikitnya lima wilayah lain di sekitar Banten saja: Menes, Ciruas, Kasemen, Benggala, dan Kramatwatu. Hampir semua kelompok pengajian tersebut merekrut para remaja/ pemuda dari pesantren. Pesantren yang dipimpin oleh para kyai yang pernah terlibat Darul Islam adalah basis rekruitmen yang sangat subur. Lihat Crisis Group Asia Report N ° 43, Indonesia Backgrounder: Bagaimana Jaringan Teroris J a maah Islamiyah Beroperasi, 11 Desember 2002.

156 Dari kesaksian Suryadi Mas'ud, 2 Januari 2003 di berkas kasus Abu Bakar Ba'asyir.

157 Para perampok dan kaki tangan mereka: Andri Octavia alias Yudi ( dari Sukamanah, Malimping; alumni Ngruki ), Abdul Rauf alias Sam ( dari Poris, Pelawad Indah, Cipodoh, Tangerang; alumnus Ngruki dan Darusyahada ); Andi Hidayat alias Agus Amin; Ikwan Fauzi ( dari Kasemen, Serang ) yang membantu menyimpan bahan peledak untuk Abdul Rauf; Aprianto alias Endang ( dari Kasemen, Serang ), dan Pujata ( dari Kasemen, Serang ).

Related Articles:



This Related-Post-By-Category Widget by Hoctro | Jack Book

Tidak ada komentar:

Posting Komentar