Lanjutan dari.... "DAUR ULANG MILITAN-MILITAN DI INDONESIA (31)"
Diterjemahkan oleh StuyCycle.NET dari Asia Report N°92 - 22 Februari 2005
Untuk koleksi Perpustakaan Online StudyCycle.NET
A. KANG JAJA
Pemimpin kelompok Banten dikenal dengan nama Kang Jaja alias Akhdam. Saat laporan ini ditulis dia berusia 50-an tahun. Dia bergabung dengan Darul Islam pada dasawarsa 1980-an, mengikuti jejak anggota keluarga. Kang Jaja relatif kaya sebagai salah satu pemilik dan manajer sebuah perusahaan pengiriman barang, CV Sajira Media Karsa - nama yang dipilih agar sesuai dengan monogram pendiri Darul Islam, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Ia menjadi donor untuk kegiatan KW9 di bawah Mahfud Siddiq dan membantu menanggung biaya pertemuan Cisarua Desember 1998.145 Awalnya, Kang Jaja mulai menyediakan pelatihan militer untuk anak buahnya secara sporadis pada tahun 1996 di Malimping, Banten melalui seseorang bernama Nurudin alias Zaid Butong, seorang ahli kung fu dari Solo. Nurudin adalah anggota dari kelas yang sama di Afghanistan seperti tokoh-tokoh JI Abu Rusdan alias Thoriquddin dan Mustofa. 146 Dia juga merupakan salah satu dari sedikit rekrutan DI yang tetap setia kepada Ajengan Masduki setelah keretakan terakhir Ajengan Masduki dengan Sungkar. Karena kesulitan melakukan pelatihan seperti ini selama pemerintahan Soeharto, program ini bukan program reguler dan tidak terorganisir dengan baik.
Jatuhnya Soeharto membuka kemungkinan baru, dan pada pertemuan Cisarua, pimpinan DI memutuskan untuk membangun kapasitas militer dengan mengirim kader-kadernya untuk pelatihan di Mindanao. Program ini di bawah pengawasan langsung dari Mia Ibrahim atas penunjukan Komandan Perang Seluruh Indonesia. Koordinasi pengiriman manusia ke Filipina jatuh ke pada para komandan KW9, dan merekalah yang meminta bantuan dari Syawal Yasin, anak seorang milisi DI Sulawesi, menantu Abdullah Sungkar, dan salah satu instruktur Indonesia yang paling dihormati di Afghanistan.
Tidak jelas siapa orang di KW9 yang membuat kontak awal dengan Syawal yang mendirikan kamp terpisah di basis MILF untuk melatih rekrutan dari Sulawesi Selatan. Tapi Kang Jaja pernah bertemu dia melalui veteran Afghanistan lainnya, Firdaus alias Azzam alias Nyong Ali. Pada awal 1999, Firdaus maupun Syawal menjadi instruktur dalam program pelatihan pertama (hasil dari pertemuan Cisarua).147 Seorang veteran JI Afghanistan yang bernama Edi Setiono alias Usman alias Abbas (yang di kemudian hari dipenjarakan karena perannya dalam pemboman Atrium Mall bulan September 2001 ) juga dibawa untuk mengajar.
Dari dua puluh orang yang mengambil bagian (termasuk Kang Jaja itu sendiri), sembilan orang dikirim ke Mindanao melalui perantara Syawal pada bulan Mei 1999. Salah satu yang dikirim itu adalah Iwan alias Rois, keponakan Kang Jaja dari pernikahannya. Pria tersebut ditangkap karena pemboman Kedutaan Australia. 148 Setelah Kamp MILF Abubakar diserbu oleh tentara Filipina pada pertengahan tahun 2000, dua anggota kelompok Banten yang bernama Abdullah dan Abdul Fatah jadi terlantar dan harus dibawa kembali ke Indonesia oleh salah satu orangnya Syawal. 149 Bantuan tersebut tidak hanya satu cara. Melalui perusahaan kurirnya, Kang Jaja membantu Syawal membawa senjata dan peralatan lain dari Mindanao. Syawal bertanggung jawab untuk mendapatkan barang-barang itu dari Filipina, lalu dikirim ke Makassar dan kemudian ke Surabaya. Sesampai di Surabaya, dikisahkan perusahaan Kang Jaja (SMK) mengambil alih kiriman dan membuat barang-barang tersebut dapat dikirimkan ke mana saja di seluruh pulau Jawa, termasuk ke Banten.
Kang Jaja berperan dalam pelatihan Mindanao, bukan hanya karena anak-anak buahnya ada di antara rekrutan pertama, tetapi juga karena ia membantu menanggung biaya dan menyediakan tempat untuk pelatihan awal di Cimelati, Pasir Eurih, Saketi, di Banten. Tapi dia kemudian bertengkar dengan Mia Ibrahim, komandan militer DI secara keseluruhan.
Sekitar tahun 2000, dengan alasan yang tidak jelas bagi anggota DI lainnya, Mia memutuskan untuk membekukan sementara pengembangan kapasitas militer dan menghentikan pelatihan Mindanao. Kang Jaja tidak senang. Baginya hal itu itu berarti ia telah menghabiskan waktu dan uang untuk sesuatu yang sia-sia. Bagi orang lain dalam DI, itu berarti DI telah meninggalkan jihad. Kang Jaja telah mengirimkan orang-orang ke Ambon serta Filipina, dan ia telah makin lama makin berkomitmen terhadap ideologi jihad salafi dari beberapa teman-teman barunya, seperti Syawal Yasin. Ia memutuskan hubungan dengan struktur komando KW9, dan Ring Banten menjadi independen dari DI.
Catatan kaki:
145 Wawancara Crisis Group, November 2004. Mahfud Siddiq adalah pemimpin KW 9 faksi fisabilillah; Panji Gumilang alias Abu Toto, pemimpin pesantren Al-Zaytun di Indramayu, Jawa Barat, pernah menjadi pemimpin KW9.
146 Dia dipanggil Butong karena aliran seni bela diri yang dia gunakan , Butongpay. Zaid Butong dilaporkan dekat dengan Yoyok, mantan pemimpin Condet.
147 Firdaus membantu mem asok amunisi untuk Poso melalui saudaranya , seorang kepala polisi Ternate waktu itu . Firdaus juga s eorang relawan untuk badan bantuan medis Islam MER-C . Firdaus ditangkap dengan cepat ditangkap setelah pemboman Marriott.
148 131 Iwan alias Rois menikah dengan anak perempuan dari saudara Kang Jaja. Dia baru mulai menggunakan nama Rois saat bersiap-siap untuk pengeboman kedutaan Australia dan semua rekan-rekannya DI mengenalnya sebagai Iwan. Pada bulan Februari 2000, beberapa rekrutan Kang Jaja tertangkap di kepulauan Sangihe-Talaud , lepas pantai Menado . Mereka sedang dalam perjalanan pulang dengan membawa senjata dan amunisi. Syawal Yasin ditangkap bersama dengan mereka. Mereka dihukum delapan bulan lima belas hari dan bebas pada tahun 2000 akhir. Mereka itu termasuk Agus Sugandi bin Abdul Rasyid alias Suganda dari Pangarangan, Lebak, Banten; Hadi bin Sahmat alias Hadidi dari Kedung, Bogonegoro, Banten, dan Burhanuddin alias Burhan dari Limuncang, Jawa Barat.
149Suryadi Mas'oed sekarang di penjara karena pemboman Makasar Desember 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar