Sabtu, 19 Maret 2011

DAUR ULANG MILITAN-MILITAN DI INDONESIA (11)

Lanjutan dari.... "DAUR ULANG MILITAN-MILITAN DI INDONESIA (10)"

Diterjemahkan oleh StuyCycle.NET dari Asia Report N°92 - 22 Februari 2005

Untuk koleksi Perpustakaan Online StudyCycle.NET

C. RELEVANSI UNTUK HARI INI

Komando Jihad, sebagai sebuah episode dalam sejarah DI, adalah penting karena beberapa alasan. Pengaruh dari beberapa orang di antara mereka yang terlibat tetap terasa:

  • Abdullah Umar sudah mati tetapi keponakannya, Abu Bakar, terus berkhotbah di sebuah masjid yang terkait dengan DI di belakang Sarinah Department Store di Jakarta. Beberapa peserta reguler, termasuk Ahmad Said Maulana, menjadi yang rekrutan baru untuk gerakan tersebut setelah kekerasan di Ambon meletus.
  • Emeng Abdurahman, dari unit pasukan khusus Warman, tetap aktif di Bandung sebagai imam untuk faksi DI yang setia kepada almarhum Abdul Fatah Wirananggapati.
  • Abdul Qadir Baraja yang pertama dipenjara untuk kegiatan-kegiatan Komando Jihad dan yang juga kemudian karena telah memberikan bom untuk serangkaian ledakan bom pada tahun 1985, sekarang menjalankan sendiri organisasi yang bekerja untuk mendirikan kembali kekhalifahan. Khilafatul Muslimin berbasis di Lampung dan Sumbawa (asal Baraja), tetapi Baraja secara teratur memberi kuliah di Bekasi, dan beberapa anggota JI dilaporkan bergabung dengan organisasinya. Ini mungkin sebuah perkembangan yang positif, karena tidak ada yang menyarankan Khilafatul Mujahidin terlibat dalam kekerasan, kecuali masa lalu Baraja.

Tindakan berani operasi-operasi Komando Jihad telah menjadi legenda bagi generasi muda DI. Sebagai contoh, bagaimana "Martir" Warman melarikan diri dari penjara telah menjadi kisah kepahlawanan, dikisahkan di kalangan keluarga-keluarga DI, menginspirasi anak- anak untuk mengikuti jejak panutan yang tidak dapat dipercaya ini. Warman tidak digambarkan sebagai seorang laki-laki yang mencuri televisi dan merampok gaji para guru, tetapi digambarkan sebagai seorang Muslim yang kesalehannya membuatnya berani melawan musuh yang lebih kuat sampai ia akhirnya mati karena imannya.

Tindakan berani Komando Jihad juga menunjukkan bahwa tak peduli seberapa dalam intelijen Indonesia mampu menyusup ke organisasi, ada orang-orang dalam kelompok sasaran yang sama-sama mahir menggunakan organisasi intelijen untuk tujuan mereka sendiri. Satu orang menyatakan kepada Crisis Group bahwa fakta intelijen memiliki begitu banyak agen dalam organisasi DI membuatnya buta terhadap agendanya yang nyata, karena diasumsikan agen bekerja pertama dan utama bagi pemerintah, bukan untuk diri mereka sendiri dan gerakan.

Komando Jihad juga menarik karena kelompok ini menunjukkan bahwa lebih dari satu dekade setelah kekalahan militer, segelintir orang dengan legitimasi yang tak diragukan lagi dalam Darul Islam, seperti Gaos Taufik, bisa menginspirasi plot yang sama sekali tidak realistis, dan berani melakukan puluhan penyerangan, di tengah besar tekanan Orde Baru. Hal yang sama terjadi di Lampung pada tahun 198944. Jika ada pelajaran yang berkaitan dengan JI, sangat mungkin bahwa slogan tempur DI yang lama “Menang atau mati syahid” masih berlaku45. Tidak ada ruginya untuk mencoba hal yang mustahil, karena mati sebagai seorang mujahid adalah tindakan iman tertinggi . Ini menunjukkan bahwa meskipun banyak penangkapan-penangkapan terhadap anggota JI dan peningkatan kewaspadaan sejak bom Bali, mujahidin JI mungkin tidak terhalang dari mencoba tindakan spektakuler bahkan ketika semua rintangan ditumpuk di hadapan mereka dan Komando Jihad tidak memiliki pembom bunuh diri. (Bersambung)


Catatan kaki

44 Ingat peristiwa Talangsari

45 Pada periode 1970-an dan 1980-an, slogan berubah sedikit menjadi "Hidup benar (dalam arti benar menurut Islam) atau mati sebagai syuhada”, tapi dampaknya tetap sama.

Related Articles:



This Related-Post-By-Category Widget by Hoctro | Jack Book

Tidak ada komentar:

Posting Komentar