Lanjutan dari.... "DAUR ULANG MILITAN-MILITAN DI INDONESIA (17)"
Diterjemahkan oleh StuyCycle.NET dari Asia Report N°92 - 22 Februari 2005
Untuk koleksi Perpustakaan Online StudyCycle.NET
VI. USROH DI JAKARTA: PENTINGNYA KELOMPOK CONDET
Sebelum tindakan keras di Jawa Tengah dimulai, Abdullah Sungkar bahkan telah mengirim beberapa kader puncaknya untuk bekerja dengan kelompok-kelompok usroh di Jakarta. Ada tiga orang yang muncul memainkan peran kunci dalam radikalisasi DI. Yang pertama adalah Ibnu Thoyib alias Abu Fatih, yang kemudian menjadi pemimpin Mantiqi II Jamaah Islamiyah. Yang kedua adalah Muchliansyah alias Solihin, orang yang terkenal karena khotbahnya yang berapi-api. Dia bergabung dengan Ba'asyir dan Sungkar di Malaysia pada tahun 1986. Dia selalu berada di pinggiran kegiatan JI meskipun sejauh yang kami tahu dia bukan anggota DI. Yang ketiga adalah Achmad Furzon alias Broto, juga dikenal sebagai Ustadz Ahmad, seorang khotib dan pengikut setia pemimpin DI Ajengan Masduki. Dia orang penting dalam perekrutan anggota DI ke Afghanistan. Kelompok-kelompok usroh yang mereka dirikan di Condet, Jakarta Timur dan kemudian di Pasar Santa, Jakarta Selatan, menarik orang-orang yang terus aktif dalam Jemaah Islamiyah dan kelompok jihad lainnya hingga hari ini.
Jaringan kelompok tersebut di kedua daerah ini masing-masing dikenal sebagai Ring Condet dan Ring Santa. "Ring" dalam istilah DI mengacu pada sebuah kelompok yang didirikan di luar struktur komando daerah dimana dia berbasis. Ring Condet dan Ring Santa tidak menjawab komando dari KW9, wilayah DI yang meliputi Jakarta, melainkan komando dari KW2 di Jawa Tengah, sama seperti juga Ring Banten yang kemudian muncul berada di luar struktur KW7, wilayah DI yang meliputi Banten. Ring Condet terdiri dari siswa-siswa SMA, kontraktor kaya, penjual sayur, dan sopir, sebuah bauran sosial yang nyata, meskipun anggota kelompok-kelompok usroh individual cenderung berada pada tingkat sosial ekonomi yang lebih kurang sama.
Ring Santa terutama terdiri dari para anggota kelompok-kelompok preman yang bergabung dengan ring itu sebagai cara untuk melindungi diri dari petrus (pembunuhan misterius), sebuah program pemerintah untuk mengatasi kejahatan di perkotaan melalui pelaksanaan eksekusi ekstrayudisial tersangka kriminal. Mayat para korban petrus itu ditinggalkan di pinggir jalan sebagai pelajaran 70.
Beberapa khotib garis keras dari Tanjung Priok, daerah pelabuhan Jakarta, juga bergabung, sebagaimana yang dilakukan para siswa dari sekolah-sekolah Islam di mana pertemuan-pertemuan mereka itu dilaksanakan. Seorang peserta mengatakan kepada ICG bahwa pondok pesantren adalah tempat perekrutan yang berada di urutan paling puncak 71. Beberapa siswa juga datang dari Pondok pesantren Ngruki di Solo untuk ikut ambil bagian. Jumlah peserta total mungkin sekitar 100 orang 72.
Pada tahun 1986, Ring Santa diguncang oleh sebuah insiden di mana dua dari anggota premannya, termasuk pengawal Muchliansyah, membunuh sopirnya penyumbang utama gerakan usroh di Jakarta dalam suatu perselisihan tentang hutang 73. Hal ini menyebabkan terbongkarnya kelompok Santa dan membuat kelompok tersebut terpecah. Gerakan usroh di Jakarta secara efektif terpecah menjadi tiga bagian.
Beberapa anggota bergabung Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba'asyir di Malaysia. Kelompok kedua, dipimpin oleh Broto di Jakarta Timur, terus berfungsi sebagai jaringan sel DI dan sejak tahun 1986-1987 mulai merekrut orang ke Afghanistan. Kelompok yang ketiga yang dipimpin oleh Nur Hidayat, seorang mantan anggota Ring Santa, membentuk kembali kelompok di Ancol, Jakarta Utara, pada tahun 1987, dan melanjutkan upaya untuk melakukan pemberontakan DI di Lampung. Anggota ketiga kelompok ini kemudian muncul sebagai pelaku jihad dalam berbagai samaran. (Bersambung)
Catatan kaki
70 Gerakan Usroh, op. cit, hal 48.
71 Wawancara Crisis Group, Maret 2004.
72 Gerakan Usroh, op.cit., Hal. 48-49. Syukur mengutip salah satu peserta yang ikut ambil bagian dengan sekitar 30 orang peserta lainnya dalam suatu kursus pelatihan singkat setelah kelompok di Pasar Santa didirikan, tetapi tidak dijelaskan berapa banyak kursus-kursus berikutnya diadakan.
73 Crisis Group Report, Al-Qaeda di Asia Tenggara, op. cit., hal. 14-15; Gerakan Usroh, hal 70.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar