Rabu, 23 Maret 2011

DAUR ULANG MILITAN-MILITAN DI INDONESIA (20)

Lanjutan dari.... "DAUR ULANG MILITAN-MILITAN DI INDONESIA (19)"

Diterjemahkan oleh StuyCycle.NET dari Asia Report N°92 - 22 Februari 2005

Untuk koleksi Perpustakaan Online StudyCycle.NET

B. KELOMPOK NUR HIDAYAT

Pada tahun 1987, Nur Hidayat berhasil mengumpulkan sejumlah anggota lama Condet dan Santa ke dalam kelompok yang nantinya dikenal sebagai Ring Ancol, karena sebagian besar pertemuan pertama berlangsung di Ancol, Jakarta utara.

Pertemuan-pertemuan diadakan di rumah yang berbeda-beda, yang melibatkan delapan atau sepuluh orang, kebanyakan laki-laki. Fokus diskusi tersebut adalah ideologi dan agama. Dalam hal yang disebutkan pertama, pemimpin diskusi akan menjelaskan cita-cita dan ideologi Darul Islam, khususnya konsep tripartit iman-hijrah-jihad. Perhatian kemudian dialihkan ke studi Al Quran, dengan satu orang membaca beberapa ayat dari Quran dalam bahasa Arab, menerjemahkannya, dan kemudian meminta setiap peserta untuk membacanya. Kelompok itu kemudian akan membahas maknanya. Pada akhir pertemuan, setiap orang akan membacakan ayat-ayat yang sudah ditetapkan untuk dihafalkan di sesi sebelumnya. Mereka yang tidak ingat harus melakukan push-up atau membayar denda kecil. Pertemuan itu akan berakhir sekitar tengah malam, dan para peserta akan tidur di rumah itu, bangun untuk shalat dan zikir pada pukul 3 pagi, kembali tidur dan bangun lagi untuk shalat subuh. Kemudian mereka akan bubar86.

Mata rantai Ngruki di Lampung adalah akibat langsung dari tindakan keras pemerintah pada tahun 1984-1985 terhadap gerakan usroh Sungkar dan Ba'asyir yang ada di Jawa Tengah. Dimulai pada akhir tahun 1985, beberapa anggota gerakan usroh Jawa Tengah tersebut melarikan diri ke Lampung untuk menghindari penangkapan dan secara bertahap datang ke Lampung dan berada di bawah perlindungan Warsidi, seorang ustadz dari Jawa. Pada 1988, mereka dan Warsidi memutuskan untuk mendirikan pesantren mereka sendiri di Cihideung, Talangsari, Lampung dan menciptakan sebuah “desa Islam”.

Setidaknya satu anggota tetap berhubungan dengan sesama anggota usroh di Jakarta, dan pada tanggal 12 Desember 1988, dalam sebuah pertemuan di Cibinong, Bogor, Jawa Barat, kelompok Warsidi dan Ring Ancolnya Nur Hidayat memutuskan untuk menggabungkan kekuatan. Mereka semua akan pindah — hijrah — ke Lampung, dengan Nur Hidayat sebagai pemimpin mereka (amir musafir); mereka akan membuat desa Islam yang baru. Desa itu bukan hanya akan menjadi model hukum dan usaha ekonomi Islam, tetapi juga pusat pelatihan militer; dan mereka akan membawa faksi utama DI bersama-sama dalam sebuah pertemuan di pesantren Cihideung pada tanggal 15 Februari 1989. Pemimpin baru dan struktur yang lebih permanen untuk organisasi yang meliputi desa akan dipilih kemudian.

Nur Hidayat, yang diwawancarai pada tahun 2000, menekankan tujuan damai87, tapi orang lain yang hadir dalam pertemuan itu mengingatnya dengan sangat berbeda. Kata mereka, Lampung adalah akan dijadikan basis bagi pemberontakan DI baru ketika pasukan militer mereka telah siap 88. Salah seorang dari antara mereka mencatat bahwa melalui kontak DI-nya, ia memanggil mujahidin Indonesia yang baru saja kembali dari Afghanistan untuk melihat apakah ia akan memberikan pelatihan militer atau tidak. Laki-laki itu menolak, dan mengatakan bahwa hal itu terlalu berisiko. Pada tahun 2003, pria yang sama, sekarang menjadi anggota JI, ditangkap sehubungan dengan kasus pengeboman Marriott89.

Sebagai hasil dari pertemuan tersebut, anggota kedua kelompok itu dikirim pada akhir Desember 1988 dan awal Januari 1989 untuk menghubungi para mantan pemimpin DI dan mendesak mereka untuk bergabung dengan gerakan tersebut - atau setidaknya datang ke pesantren Cihideung di Lampung pada tanggal 15 Februari untuk berbicara tentang hal itu. Kelompok Warsidi setuju untuk menghubungi orang-orang DI di Lampung dan Jawa Tengah. Setiap satu orang anggota kelompok Nur Hidayat dikirim masing-masing ke:

  • Cianjur, Subang, dan Bandung, untuk bertemu dengan faksi DI yang dipimpin oleh seseorang yang disebut Ajengan Kecil;
  • Palembang, untuk bertemu Bardan Kintarto yang ditangkap pada waktu penggerebekan Komando Jihad di sana;
  • Medan, untuk bertemu Gaos Taufik, yang telah dibebaskan dari penjara pada tahun 1987;
  • Balikpapan dan Sulawesi Selatan, untuk bertemu dengan basis orang-orang DI Sulawesi Selatan di pesantren Hidayatullah di Gunung Tembak dan dengan pengikut Kahar Muzakkar di Makassar;
  • Surabaya dan Malang (kontak tidak jelas); dan
  • Lombok dan Sumbawa untuk menghubungi Abdul Ghani Masykur dan lain-lain di Mataram, Dompu dan Bima.

Sepuluh tahun setelah penangkapan Komando Jihad, ada sedikit ketertarikan di antara mereka yang dihubungi dalam upaya lain untuk menghidupkan kembali DI, kecuali di antara orang-orang Lombok dan Sumbawa. Mereka setuju untuk hadir tetapi pertemuan itu tidak pernah terjadi. Para pejabat lokal yang curiga terhadap kegiatan di pesantren itu memanggil Warsidi pada bulan Januari 1989 untuk ditanyai. Warsidi tidak pernah menjawab, dan pada tangal 6 Februari, serombongan staf militer dan polisi yang pergi ke pesantren itu dihadang dengan hujan panah.90 Kapten Soetiman, Danramil (Komandan Rayon Militer) kecamatan Way Jepara terbunuh, digorok oleh Marsudi, kakak kandung Warsidi, dengan menggunakan bendorit. Hari berikutnya, komandan Korem (Komando Resort Militer) Garuda Hitam saat itu, Kolonel (Inf.) AM Hendropriyono, memimpin serangan terhadap pondok pesantren tersebut. Jumlah yang tewas tidak diketahui secara pasti, tapi yang jelas ada banyak91. Reinkarnasi Darul Islam terbaru pun hancur.

Gambar 1. Bendorit

Dalam refleksi kegagalan mereka lebih dari satu dekade kemudian, seorang anggota kelompok Nur Hidayat mengatakan kesalahan terbesar mereka adalah mencari saran dari para pinisepuh DI, padahal ada begitu banyak di antara para pinisepuh DI itu yang memiliki hubungan dengan intelijen92.

Yang perlu diperhatikan adalah bahwa sementara para pendukung aksi militer diilhami oleh DI dan melihat diri mereka sebagai orang yang bekerja untuk mendirikan negara Islam, hubungan ke struktur DI “asli” itu lemah. Menurut laporan, Warsidi dibai'at ke dalam organisasi itu oleh Ajengan Masduki yang memiliki koneksi Lampung yang kuat, dan anak laki-laki Abdul Qadir Baraja yang berumur duabelas tahun terbunuh di pesantren itu ketika serangan terjadi. Para pengikut Warsidi sebagian besar terdiri dari laki-laki muda yang terlibat dalam gerakan usroh dan karena itu terkait dengan Abdullah Sungkar dan koneksi DI sana. Tapi KW8, komando DI Lampung, tampaknya tidak pernah secara resmi mendukung operasi tersebut. (Bersambung)


Catatan kaki

86 Isman, op. cit., hal.2

87 Ibid, hal. 88-89.

88 Isman, hal.43-44; wawancara di Jakarta, November 2003. Bahwa Nur Hidayat dan para pengikutnya mempunyai pikiran melakukan perjuangan bersenjata diperkuat oleh tuduhan terhadap salah seorang dari mereka yang mereka kontak pada awal 1989, Haji Abdul Gani Masykur. Lihat Kejaksaan Negeri Bima, Surat Dakwaan Nomor 21/L.2.11.4 / Fpt.1/6/1989. [Tuduhan Masykur oleh Pengadilan Negeri Bima].

89 Wawancara Crisis Group, November 2003.

90 Kedatangan rombongan tersebut bukan dengan maksud berperang, melainkan untuk berunding. Itulah sebabnya rombongan itu tidak melakukan persiapan tempur. Anggota Pondok Pesantren Cihideung salah paham dan mengira rombongan itu akan melakukan serangan fisik, sehingga dihadang dengan serbuan anak panah.

91 Menurut pengakuan Riyanto, mantan komandan pasukan khusus GPK Warsidi, dalam bukunya yang berjudul “Tragedi Lampung: Peperangan Yang Direncanakan”, jumlah yang tewas mencapai 51 orang laki-laki yang tewas akibat peperangan. Wanita dan anak-anak banyak yang tewas karena kebakaran. Dia menduga pembakaran dilakukan oleh Alex, seorang anggota Darul Islam dari Jakarta. Di samping itu, korban yang tewas juga ada yang dibunuh oleh sesama anggota GPK Warsidi ketika hendak menyerahkan diri kepada pihak yang berwajib.

92 Wawancara Crisis Group, Jakarta, Februari 2004. Ada yang berpendapat bahwa kesalahan terbesar mereka, dari sekian banyak kesalahan mereka, adalah membunuh komandan militer.

Related Articles:



This Related-Post-By-Category Widget by Hoctro | Jack Book

Tidak ada komentar:

Posting Komentar