Kamis, 14 April 2011

DAUR ULANG MILITAN-MILITAN DI INDONESIA (27)

Lanjutan dari.... "DAUR ULANG MILITAN-MILITAN DI INDONESIA (26)"

Diterjemahkan oleh StuyCycle.NET dari Asia Report N°92 - 22 Februari 2005

Untuk koleksi Perpustakaan Online StudyCycle.NET

A. Asadullah dan Batalyon Abu Bakar

Konflik Ambon tersebut memunculkan perdebatan dalam Darul Islam, seperti juga dalam JI, tentang apakah kekerasan tersebut merupakan penyebab untuk jihad. Sikap diam dari para pimpinan DI, termasuk Tahmid dan Broto, menulikan telinga, dan beberapa anggota yang lebih militan jadi marah karena ketidakmunculan fatwa yang menyatakan bahwa jihad di Ambon adalah wajib bagi semua Muslim. Militan-militan ini termasuk:

  • Yoyok alias Danu, pemimpin geng dari Ring Condet;
  • Zulfikar, dari Tanjung Priok, direkrut ke dalam DI oleh Yoyok dan dikirim ke Mindanao;
  • Abdullah, seorang veteran Mindanao, dan
  • Asadullah alias Yahya alias Ahmad Riyadi, yang mengikuti Yoyok ke dalam struktur kepemimpinan JI Jawa Barat -Jakarta.

Asadullah memiliki reputasi yang sangat menakutkan. Pada tahun 1997, ia pergi ke Mindanao dengan bantuan Syawal Yasin, seorang veteran Afghanistan yang berbasis di Makassar yang telah menikahi anak tiri Abdullah Sungkar.126

Sekitar pertengahan 1999, empat pria memutuskan untuk putus hubungan sepenuhnya dengan kepemimpinan DI lama dan membentuk Batalyon Abu Bakar, dengan tujuan merekrut dan melatih pejuang untuk Ambon. Mereka didukung oleh Haris Fadillah alias Abu Dzar, kemudian lebih dikenal sebagai mertua Omar al-Faruq, dan seorang pria bernama Edy Rianto alias Amir127, lulusan dari sebuah sekolah kejuruan teknik di Jakarta Timur, yang mengkhususkan diri pada reparasi peralatan listrik.128

Bersama-sama mereka membentuk enam Kompi, yaitu dari Kompi "A" hingga Kompi "F", yang melibatkan sekitar 60 orang.129 Batalyon tersebut memutuskan untuk memulai kampanye fa'i untuk menggalang dana, dan disini lah Kompi F berhasil. Keberaniannya menarik begitu banyak orang baru sehingga Kompi F ini berubah nama menjadi Angkatan Mujahidin Islam Nusantara (AMIN) dan menjadi sebuah organisasi tersendiri.130

Semua anggota yang paling radikal dari Batalyon Abu Bakar — beberapa orang di antara mereka adalah mantan preman Tanjung Priok atau wilayah Tanah Abang Jakarta — dikelompokkan ke dalam Kompi F AMIN, termasuk Yoyok.131 AMIN lah yang bertanggung jawab untuk perampokan cabang Bank Central Asia (BCA) dan ledakan kecil yang hampir serentak di wartel (warung telekomunikasi) di dekat Plaza Hayam Wuruk di Jakarta pada tanggal 15 April 1999, pemboman Masjid Istiqlal di Jakarta empat hari kemudian, dan perampokan sebuah pompa bensin di Lampung.

BCA dilaporkan dijadikan sasaran karena para pelaku percaya hal itu menyediakan dana untuk operasi militer, dan mereka berharap hasil aksi itu akan menutupi biaya pembelian senjata untuk Ambon.132 Interogasi terhadap para tersangka dengan cepat menyingkapkan bahwa mereka tinggal dan dilatih di sebuah komunitas terisolasi di luar kota, desa Warung Menteng, Cijeruk, Bogor, sekitar 80 km barat daya Jakarta, di kaki gunung berapi berusia tua bernama Gunung Salak. Awal tahun 1998, beberapa orang dalam komunitas tersebut membangun rumah sederhana dan kemudian juga sebuah mushola seluas delapan belas meter persegi yang mereka sebut Musholla Al-Muhajirin.133 Beberapa rumah tangga menghidupi diri mereka dengan pertanian subsisten, sedangkan para wanitanya berjualan keripik singkong dan makanan ringan lainnya di terminal bis Bogor. Interaksi pertetanggaan kebanyakan dilakukan oleh para wanita yang berpakaian lebih konservatif dari pada norma umumnya; para pria kebanyakan ngelaju ke Jakarta, dan tidak ada penduduk setempat yang tahu dengan sangat jelasnya mengenai apa yang kelompok itu lakukan. Setiap hari Minggu, sekitar selusin orang berangkat menggunakan mobil van untuk pelatihan militer di area terbuka di dekat Bukit Roke, di lahan yang dulu milik Perusahaan Umum Kereta Api.134

Polisi Indonesia dengan segera memutuskan bahwa mereka berhadapan dengan sekelompok kecil orang yang dipimpin oleh Edy Rianto. Kelompok itu mungkin terdiri dari dua lusin pria, termasuk Naiman (salah satu perampok bank yang pekerjaannya adalah staf administrasi sebuah sekolah menengah di Jakarta), Edy Taufik ( perampok seorang lagi yang adalah seorang buruh harian dan juga kadang-kadang jadi tukang becak untuk mendapatkan uang ekstra), dan Suhendi (juga seorang buruh biasa yang istrinya menjual ubi jalar dan pisang untuk menambah pendapatan keluarga).135 Dalam perampokan bank itu, ketiga orang itu bekerja dengan Rojak (seorang anggota geng dari Tanah Abang ) dan seorang pria bernama Mustaqim.136

Tapi AMIN lebih besar dan bertahan hidup lebih lama daripada yang bisa ditebak polisi. Pada bulan Desember 1999, kelompok pertama orang-orang yang direkrutnya diberangkatkan ke Ambon di bawah komando Abu Dzar.137 Termasuk dalam kelompok pertama itu adalah dua orang anggota DI (Daeng dan Rudi) dan seorang pemuda bernama Ahmad Sayid Maulana, yang nantinya ditangkap dari pantai Malaysia pada bulan September 2003. (Bersambung)


Catatan kaki

126Lihat Laporan Crisis Group N°63, Jemaah Islamiyah di Asia Tenggara: Telah dihancurkan tapi masih berbahaya, 26 Agustus 2003.

127Juga dikenal sebagai Umar

128 Edy Rianto berasal dari Jatinegara, Jakarta. Dia bukan Rianto kelompok Condet dan Lampung yang terkenal itu yang berasal dari Pemalang, Jawa Tengah.

129Kompi A dikomandani oleh Usman; Kompi B dikomandani oleh Adam; Kompi C dikomandani oleh Bashar; Kompi D dikomandani oleh Abu Robbi; Kompi E dikomandani oleh Ahmad; dan Kompi F dikomandani oleh Umar alias Amir alias Edi Rianto.

130 Alasan nama tersebut dipilih adalah sebagai berikut: Yoyok sebelumnya belajar Quran dengan seorang pemimpin ke agama an kontroversial dari Riau bernama Syamsuri, yang mengaku diri sebagai Kahar Muzakkar, pemimpin pemberontakan Darul Islam di Sulawesi Selatan. Kahar telah ditangkap dan dibunuh oleh tentara tetapi keberadaan makamnya tidak pernah di publik asikan , begitu juga mayatnya tidak pernah terlihat. Kyai Syamsuri memanfaatkan ini untuk tindakan nya. Syamsuri dibawa ke ibukota Jakarta oleh seorang pensiunan perwira angkatan laut, Yanwir Koto, yang memperkenalkannya dengan Jaka, anggota DI Flores. Jaka kemudian memperkenalkannya kepada anggota DI Sulawesi yang tinggal di Jakarta dan ia mulai menarik banyak pengikut — menurut laporan termasuk Syawal Yasin. Dalam khotbah-khotbahnya, Kyai Syamsuri (yang dari jauh tidak terlihat seperti Kahar Muzakkar) menekankan pentingnya syari'at Islam dan mengatakan bahwa apa yang dibutuhkan adalah terwujudnya angkatan bersenjata bernama AMIN (Angkatan Mujahidin Islam Nusantara). Dia menyebutkan nama “ AMIN ” secara khusus dalam sebuah ceramah di Bandung pada tahun 1998. Yoyok belajar dari ceramah itu dan mengadopsi nama AMIN untuk Kompi F.

131 Anggota lain nya termasuk Tajul Arifin alias Sabar alias Pipin ( Banten ), Zulfikar , Mustaqim , Rozak, Ali Mudin, Ikhwan, Darma, Yusuf, Edi Junaedi, Ahmad Said Maulana, dan Sarmo. Yang terakhir disebutkan itu dipukuli sampai mati oleh massa setelah ia mengambil bagian bersama dengan Tajul dalam serangan terhadap Matori Abdul Jalil (tokoh Nahdatul Ulama (NU) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), sebuah partai underbow NU ) .

132Wawancara Crisis Group, January 2004.

133Artinya: mushola orang-orang yang hijrah

134" 'Mujahidin' dari Bukit Roke?", Tempo, No.8/XXVIII, 27 April-3 May 1999.

135"Ikhwan Diciduk, Amir Masih Buron", Tempo , No. 8/XXVIII, 27 April-3 May 1999.

136Mustaqim adalah nama yang umum. Mustaqim dalam kasus ini bukan Mustaqim yang mengepalai pelatihan militer JI di Filipina dan juga bukan Mustaqim yang mengajar di pesantren Darus Syahada di Boyolali.

137Lihat Laporan Crisis Group, “ Kelompok Jama'ah Islamiyah di Asia Tenggara” , op. cit., hal. 24-25.

Related Articles:



This Related-Post-By-Category Widget by Hoctro | Jack Book

Tidak ada komentar:

Posting Komentar