Lanjutan dari.... "DAUR ULANG MILITAN-MILITAN DI INDONESIA (27)"
Diterjemahkan oleh StuyCycle.NET dari Asia Report N°92 - 22 Februari 2005
Untuk koleksi Perpustakaan Online StudyCycle.NET
B. AHMAD SAYID MAULANA
Ahmad Sayid Maulana adalah perpustakaan berjalan mengenai evolusi DI dan Islam radikal di Indonesia. Dia dibesarkan di daerah Pejompongan Jakarta dan pertama kali bergabung dengan Darul Islam pada tahun 1994 setelah ia lulus dari sekolah menengah. Pada saat itu, Broto adalah komandan DI Jakarta, dan Maulana dibai'at oleh salah satu anak buah Broto dalam sebuah acara bai'at masal bersama dengan 40 orang lain di Cisaat, Sukabumi. Maulana menjadi peserta reguler pengajian yang diselenggarakan di sebuah masjid DI yang berada di belakang department store Sarinah 138 di Jalan Thamrin, salah satu jalan utama yang selalu ramai di Jakarta. 139
Setelah konflik Ambon meletus, Maulana meninggalkan kelompok Broto untuk bergabung dengan Kompi F/ AMIN dan pergi ke Ambon bersama Abu Dzar. Para anggota DI menghormati Maulana dan Abu Dzar secara bersama-sama karena menciptakan dan membangun kekuatan mujahidin di Ambon. 140
Maulana menjadi dekat dengan para milisi Sulawesi di sana dan hampir diadopsi oleh Agus Dwikarna. Melalui Agus Dwikarna, Maulana menjadi anggota Republik Persatuan Islam Indonesia (RPII), sebuah kelompok sempalan DI yang berbasis di Makassar. Kelompok ini memandang dirinya sebagai pewaris republik yang diproklamasikan oleh Kahar Muzakkar pada tahun 1962. Bagaimanapun, dia mempertahankan keanggotaannya di AMIN, dan dalam kapasitas sebagai anggota AMIN itu dia pergi ke Poso dengan para anggota AMIN lainnya pada bulan Agustus 2000. Mereka merampas tujuh senapan dan tujuh revolver dengan menyerang depot senjata Brimob di Ambon pada bulan Juni 2000. Di Makassar, di mana mereka berhenti dalam perjalanan, Agus Dwikarna memperkenalkan mereka dengan Agung Hamid, pemimpin Laskar Jundullah, dan memberi mereka nama-nama kontak lokal di Poso.
Melalui keterlibatannya di Ambon dan Poso, Maulana mengenal Arismunandar, anggota JI dan sebagai kepala kantor KOMPAK 141 Solo, salah satu penyandang dana JI .142 Dia mengunjungi Solo pada tahun 2002 di mana ia bertemu pembom Bali, yaitu: Dulmatin dan Umar Patek, dan melalui mereka, ia pergi ke Mindanao untuk pelatihan militer (tadrib) pada tahun tahun itu juga. Ketika ia kembali ke Indonesia, ia bekerja mencari nafkah dengan menjual VCD tentang Islam dan konflik Muslim di stasiun kereta api Depok. Pada bulan Februari 2003, ia didekati oleh Umar Patek agar membawanya ke Mindanao, karena pada saat itu, Maulana dilaporkan telah menjadi cukup mahir bahasa Maguindanao yang merupakan bahasa lisan di sekitar kamp-kamp pelatihan yang digunakan oleh MILF dan juga akrab dengan salah satu rute utama yang aman untuk pergi ke sana. Asadulloh berkata agar Maulana mengambil Umar Patek ke Tarakan dengan pesawat, lalu menyeberang perbatasan ke Tawau di Sabah, Malaysia. Di Tawau, seorang Filipina akan mengantarkan mereka ke Zamboanga. Setelah dengan aman mengantarkan Umar Patek ke Filipina, Maulana kembali ke Indonesia. Dia lalu diminta oleh Dulmatin pada bulan April 2003 untuk membawanya ke Mindanao juga, setelah penangkapan-penangkapan di daerah Poso-Palu di mana Dulmatin mengungsi.
Tidak jelas apakah Maulana tinggal di Mindanao setelah mengantarkan Dulmatin atau kembali ke Indonesia dan berangkat ke Mindanao lagi, tetapi pada bulan September 2003, ia berada di sebuah kapal yang dihentikan oleh patroli laut Malaysia di lepas pantai Sabah. Dia mengatakan pada penyidik Malaysia bahwa dia baru saja menyelesaikan kursus pembuatan bom dan berencana untuk kembali ke Jakarta untuk meledakkan Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia.143 (Bersambung)
Catatan kaki:
138Catatan penterjemah: nampaknya bukan kebetulan bila pidato Barack Obama di UI pada tanggal 10 November 2010 seolah secara sambil lalu menyebut Sarinah .
139Ustadz di masjid Sarinah tersebut adalah seorang laki-laki yang bernama Abu Bakar dari Flores Timur, keponakan laki-laki Abdullah Umar.
140Wawancara Crisis Group, November 2004.
141Catatan penterjemah: KOMPAK pernah sangat menghebohkan Indonesia pada tanggal 30 Oktober 2005 karena keberingasannya memenggal kepala 3 remaja ABG putri yang sedang berangkat ke sekolah mereka, yaitu: Theresia Morangke (15), Alfita Poliwo (17) and Yarni Sambue (17) ( http://en.wikipedia.org/wiki/2005_Indonesian_beheadings_of_Christian_girls ). Para pelaku tidak dihukum mati dan diubah jadi hukuman penjara 14 tahun dan 20 tahun karena keluarga korban memaafkan para pelaku.
142Lihat Laporan Crisis Group, “Jihad di Sulawesi Tengah” , op. cit.
143 Leslie Lopez, " Asia menghadapi resiko baru dalam militansi Islam — Pakar terorisme menyingkapkan kelompok kekerasan sempalan dari kelompok Jama'ah Islamiyah", Asian Wall Street Journal, 4 Maret 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar