Kamis, 17 Maret 2011

DAUR ULANG MILITAN-MILITAN DI INDONESIA (2)

Lanjutan dari.... "DAUR ULANG MILITAN-MILITAN DI INDONESIA (1)"

Diterjemahkan oleh StuyCycle.NET dari Asia Report N°92 - 22 Februari 2005

Untuk koleksi Perpustakaan Online StudyCycle.NET

I. PENDAHULUAN

Setelah sebuah bom meledak di depan Kedubes Australia pada tanggal 9 September 2004, hampir dengan segera, bukti mulai muncul bahwa dua anggota Jemaah Islamiyah (JI) – Azhari Husin dan Noordin Mohamed Top – ikut terlibat. Tetapi juga sangat cepat menjadi jelas bahwa mereka bekerja dalam suatu kemitraan dengan sebuah cabang dari gerakan Darul Islam (DI) yang disebut Ring Banten, yang telah memberikan dukungan logistik, koordinasi lapangan, dan pelaku bom bunuh diri.

Banyak pertanyaan muncul mengenai apa yang disingkapkan oleh pemboman itu mengenai kekuatan relatif JI dan koherensinya. Apakah dia sekuat tahun sebelumnya atau secara signifikan lebih lemah dari tahun sebelumnya? Apakah struktur komando pusat masih berfungsi ataukah Azhari dan Noordin melakukan itu atas dasar inisiatif dan sumber daya sendiri?

Meskipun jelas-jelas penting, namun pertanyaan-pertanyaan ini kehilangan titik kuncinya, yaitu: walaupun JI secara serius telah dilemahkan oleh penangkapan-penangkapan dan tindakan-tindakan kontra-teror lain yang diberlakukan sejak bom Bali Oktober 2002, tapi bagian-bagian dari organisasi tersebut, atau bahkan individu-individunya, dapat terus berfungsi dalam kemitraan dengan kelompok-kelompok non-JI. Tapi kelompok-kelompok yang mana dan bagaimana kemitraan itu ditempa? Aliansi dengan Ring Banten menunjukkan bahwa mungkin saja ada hasilnya bila kita menoleh ke belakang kepada perpecahan-perpecahan dan celah-celah di Darul Islam selama dua dekade terakhir untuk mencari jawaban.

Dalam melakukan hal itu, kami menemukan bahwa DI adalah sebuah organisasi yang luar biasa tangguh, yang telah melalui siklus penurunan dan pertumbuhan, atau mungkin lebih tepat, penuaan dan peremajaan. Setiap kali kepemimpinan lama tampaknya telah hidup lebih lama daripada manfaatnya, anggota-anggota yang lebih muda dan lebih militan muncul untuk memberi napas kehidupan baru ke dalam organisasi dan menafsirkan kembali misinya.

Tetapi setiap periode besar dalam sejarah DI memiliki relevansi untuk hari ini. Kubu DI pada dekade 1950-an dalam banyak kasus merupakan kubu pendukung jihad saat ini, meskipun konteks politik Indonesia sekarang telah berbeda secara radikal. Basis-basis Ring Banten pada tahun 2004, misalnya, tumpang tindih dengan beberapa kantong-kantong terakhir perlawanan terhadap tentara Indonesia di Jawa Barat pada tahun 1962.

Penjelmaan Darul Islam dulu dan sekarang terus menyediakan kolam rekruitmen yang merupakan asal anggota-anggota organisasi jihad, serta menyediakan jaringan pendukung yang dapat memberikan bantuan logistik dan perlindungan selama hal itu diperlukan.

Selama bertahun-tahun, anggota DI yang lebih muda dan yang lebih militan telah membentuk kelompok-kelompok baru, JI adalah salah satunya. Warisan bersama Darul Islam adalah ikatan yang sangat kuat yang memfasilitasi kontak dan komunikasi lintas keluarga besar seluruhnya yang saat ini terdiri dari Darul Islam itu sendiri, JI, Majelis Mujahidin Indonesia, Laskar Jundulloh, kelompok Banten, dan Angkatan Mujahidin Islam Nusantara (AMIN), sampai beberapa nama veteran DI yang tak terhitung jumlahnya yang mempunyai pengikut besar mereka sendiri tetapi beroperasi sepenuhnya di luar struktur formal. Orang-orang ini mengenal dan saling mengunjungi, pergi ke sekolah bersama-sama, saling menikah, dan tetap saling berhubungan di seluruh generasi. Mereka juga berseteru, bertengkar, dan tidak jarang, menginformasikan satu sama lain. Tapi jaringan tersebut bertahan, bahkan selama komponen-komponennya selalu berubah-ubah. (Bersambung)

Related Articles:



This Related-Post-By-Category Widget by Hoctro | Jack Book

Tidak ada komentar:

Posting Komentar