Didampingi Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Kombes Boy Rafli Amar (kiri), Kepala Pusat Laboratorium Forensik Polri Brigjen (Pol) Andayono (tengah) menunjukkan barang bukti sejumlah kasus teror bom yang terjadi di Indonesia dalam rilis kasus tersebut di Puslabfor Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (26/4). Barang bukti itu disita dari sejumlah kasus, seperti bom buku, bom Cirebon, dan Serpong. KOMPAS/WISNU WIDIANTORO |
Didampingi Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Kombes Boy Rafli Amar (kiri), Kepala Pusat Laboratorium Forensik Polri Brigjen (Pol) Andayono (tengah) menunjukkan barang bukti sejumlah kasus teror bom yang terjadi di Indonesia dalam rilis kasus tersebut di Puslabfor Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (26/4). Barang bukti itu disita dari sejumlah kasus, seperti bom buku, bom Cirebon, dan Serpong.
Jakarta, Kompas - Tersangka jaringan pelaku terorisme terkait teror bom buku dan bom di dekat Gereja Christ Cathedral, Serpong, Tangerang, telah mempersiapkan seorang tersangka sebagai pelaku bom bunuh diri atau pengantin. Namun, kapan bom bunuh diri itu akan diledakkan belum diketahui.
Polri juga belum bisa menyebutkan di mana pengantin itu akan meledakkan diri. Hal itu dijelaskan Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Komisaris Besar Boy Rafli Amar di Jakarta, Selasa (26/4).
”Tersangka berinisial J, ditangkap di Aceh, tengah dipersiapkan. Baru dalam perencanaan jadi pengantin,” kata Boy. Keterangan itu diperoleh dari tersangka jaringan pelaku teror bom buku dan bom di Serpong berinisial P (diduga Pepi Fernando).
Menurut Boy, J berlatar belakang pendidikan di perguruan tinggi keagamaan. Namun, ia belum dapat menjelaskan apa target bom bunuh diri itu.
Boy menuturkan, dalam dugaan kasus teror bom buku dan temuan rangkaian bom di Serpong, kepolisian tidak hanya menemukan bahan rakitan bom, tetapi juga buku yang disita di sejumlah lokasi. Buku itu, antara lain, berjudul Penggetar Iman di Medan Jihad, 59 Tahun Aceh Merdeka di Bawah Pemerintahan Ratu, Megaproyek Kedua Al Qaeda, Prinsip-prinsip Jihad dari Abdullah Azam, Membina Angkatan Mujahidin, serta Jihad dan Khas Kelompok yang Dijanjikan.
Kepala Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polri Brigadir Jenderal (Pol) Andayono mengatakan, barang yang disita dan diperiksa Puslabfor Polri terkait dengan rangkaian teror bom buku, bom bunuh diri di Masjid Polresta Cirebon, dan bom di Serpong. Rangkaian teror bom buku terjadi pada 15-16 Maret 2011 di Utan Kayu, Kantor Badan Narkotika Nasional, serta kediaman Ahmad Dhani dan Yapto S Soerjosoemarno.
Menurut Andayono, bom buku memiliki sifat daya ledak yang rendah (low explosive). Bahan bakunya, antara lain, klorat dan serbuk aluminium. Pada 18 Maret 2011 ditemukan bom rakitan di Kota Wisata, Gunung Putri, Bogor. ”Bom diamankan Tim Gegana, tetapi meledak saat dalam perjalanan,” katanya.
Pada 25 Maret juga ditemukan rangkaian bom di Jalan Raya Puspiptek, Tangerang. ”Bom ditaruh di got, meledak, tetapi tidak menimbulkan korban,” katanya. Selain itu, terjadi aksi bom bunuh diri di Masjid Adz-Dzikro, Polresta Cirebon.
Tanggal 21 April 2011, di dekat Gereja Christ Cathedral, Serpong, ada lima rangkaian bom rakitan. ”Dua bom meledak. Tiga bom tidak meledak,” ujarnya.
Dari rangkaian aksi teror bom buku dan temuan bom di Serpong itu, lanjut Andayono, Puslabfor Polri, Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri, dan Gegana menyita sejumlah bahan pembuat bom. ”Seandainya tidak tertangkap, berapa puluh bom yang akan dirakit dan membahayakan masyarakat,” katanya.
Bom di rumah kos Pepi
Dari Banda Aceh, Selasa malam, dilaporkan, Polri menemukan satu kardus yang diduga berisi bahan peledak di bekas rumah kos terduga teroris bom buku, Pepi Fernando, di Jalan Taman Siswa, Dusun Seroja, Merduati. Petugas Densus 88 Antiteror Polda Aceh, dibantu Satuan Gegana Brimob Polda Aceh, hingga semalam pukul 21.30 masih di lokasi penemuan. Diduga masih ada bahan peledak lain yang tersimpan di rumah kos itu.
Rumah tempat ditemukannya bahan peledak itu milik M Fadil, mantan teman kuliah Pepi. Fadil kini juga terduga teroris karena dianggap ikut menyembunyikan pelaku terorisme.
Di Jakarta, Selasa, juga ditemukan tas plastik hitam di dekat mesin penjaring sampah otomatis Kali Baru, Jalan Dewi Sartika, Kramat Jati. Setelah diceraiberaikan dengan diledakkan oleh Satuan Gegana Polda Metro Jaya, terbukti tas itu berisi kabel, baterai, jam weker, dan pipa paralon, yang diduga bom rakitan.
Namun, Kepala Subbagian Humas Polresmetro Jakarta Timur Komisaris Didik Hariyadi menyatakan, tak ditemukan bahan peledak dalam rakitan itu. Tas plastik hitam itu pertama kali ditemukan M Samsul (45), operator mesin penjaring sampah otomatis Kali Baru.
Selasa sore, Tim Gegana Polda Metro Jaya juga menyisir akses keluar Jalan Tol Jagorawi menuju Cawang dan taman sekitar akses keluar tol Kodam, Jalan Mayjen Sutoyo, Jaktim. Penyisiran itu terkait penangkapan tersangka kasus terorisme. Arus lalu lintas menuju Cililitan tersendat selama penyisiran.
Jadi siaga III
Di depan Komisi I DPR, Selasa, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono menyatakan, status siaga I yang mulai berlaku 21 April 2011 sudah diturunkan menjadi siaga III, 25 April 2011. Status siaga I diputuskan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait dengan laporan Kepala Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo tentang penangkapan tersangka teror bom buku dan penemuan bom di Serpong.
Secara terpisah, peneliti terorisme dari International Crisis Group, Sidney Jones, menuturkan, aksi terorisme di Indonesia belakangan ini kemungkinan dilancarkan kelompok kecil baru. Untuk itu, pemerintah dan aparat keamanan perlu lebih jeli menanggulangi terorisme karena akan lebih sulit dideteksi.
Menurut dia, kelompok kecil itu sebenarnya terdeteksi sejak 1,5 tahun lalu. Hal itu terlihat dari penangkapan tersangka teroris di Klaten, Medan, Bandung, dan Lampung.
(fer/cok/iam/bil/nwo/han)
Sumber: http://cetak.kompas.com/read/.../Dipersiapkan..Bom.Bunuh.Diri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar